​​WNI di AS Keluhkan Dampak Penutupan Sebagian Kegiatan Pemerintahan

​Washington, MINA – Penutupan sebagian kegiatan pemerintahan atau government Amerika Serikat (AS) sudah memasuki minggu ke empat. Ini merupakan penutupaan pemerintahan terlama dalam sejarah yang bukan hanya berdampak bagi pegawai pemerintah tapi juga dikeluhkan oleh Warga Negara Indonesia (WNI) yang tinggal di AS.

Nina Marzoeki adalah salah satu yang tinggal di AS dalam 13 tahun terakhir ini bekerja sebagai karyawan paruh waktu di salah satu kebun binatang tertua di Amerika yang mendapat sokongan biaya dari pemerintah untuk beroperasi, Smithsonian’s National Zoo, yang berlokasi di Washington.

“Dampaknya kerasa banget,” ujar Nina saat dihubungi oleh Voice of America yang dikutip MINA pada Jumat (18/1). Kalau yang full-time mungkin ada bantuannya, tapi kalau kayak Nina enggak,” tambah Nina.

Ia merasakan yang sangat besar terhadap keuangan hidupnya. Ia harus menerima kenyataan tidak digaji, karena hanya bekerja tiga hari dalam seminggu.

Ini bukan pertama kalinya Nina merasakan dampak dari Government Shutdown tersebut. Ia pernah juga merasakan dampaknya penutupan pemerintahan pada tahun 2013, yang berlangsung selama 16 hari lamanya.

Nina berusaha mengambil sisi positif dari penutupan pemerintahan tersebut dengan meluangkan lebih banyak waktunya bersama keluarga, khususnya anak-anak yang tengah libur akhir tahun.

Selama penutupan sebagian kantor pemerintah Amerika, banyak supermarket dan restoran yang menawarkan makanan gratis bagi mereka yang terkena dampaknya. Namun, Nina memilih untuk tidak mengambil seperti yang dianjurkan anak-anak dan temannya.

“Kali ada orang yang lebih perlu, biarin aja deh. (Mama) udah cukup telor,” cerita Nina saat menanggapi anjuran anak-anaknya.

Untungnya Nina memiliki pekerjaan sampingan, yaitu sebuah bisnis barang-barang promosi dan suvenir yang ia dirikan bersama temannya, yang ia lakoni dari rumah. Sejauh ini bisnisnya tidak terdampak oleh penutupan pemerintah.

Sementara itu, dampak penutupan pemerintah juga dirasakan olen Andre Masfar, pemilik food truck makanan khas Indonesia, Java Cove, yang beroperasi di wilayah Washington sejak tahun 2015 lalu.

Food truck tersebut menjual makanan Indonesia seperti mie ayam, sate, dan tempe yang penjualannya menurun 30 hingga 40 persen selama tutupnya pemerintah Amerika.

“Paling banyak 40 served. Tadi cuman 32,” ujar Andre. “Kalau summer bisa 80-an atau kalau bagus banget, bisa tembus 100,” tambahnya.

Di Washington, biasanya pemilik food truck harus mengikuti undian rotasi untuk mendapatkan tempat-tempat yang strategis. Tetapi, di masa penutupan pemerintah seperti sekarang ini, sulit untuk mendapatkan keuntungan jika kebagian tempat di daerah gedung kantor pemerintahan.

Untuk menghemat biaya operasional di kala sepi pelanggan, pengusaha food truck tersebut akhirnya bekerja sendirian tanpa bantuan karyawan lain.

Andre berharap penutupan pemerintahan di Amerika ini segera berakhir. “Minggu depan enggak tahu deh, semakin sepi mungkin. Mudah-mudahan shutdown cepat selesai, deh,” harapnya. (T/Sj/B05)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.