1967-2015: Al-Aqsha, Warisan Umat Muslim yang Terus Diserang Israel

thumbs_b_c_3e45d3d5a9183cc2a4ffd1b6dfb7da9aSerangan Israel terhadap Masjid Al-Aqsa di terus berlanjut dari awal kota ini ditempati pada 1967, menurut sumber , dua tahun terakhir ini masjid masih terlihat baik-baik saja.

Serangan paling serius terjadi pada Agustus 1969, ketika perwakilan Yahudi-Australia, Denis Nicheal Rohan membakar bangunan, dan sebagian masjid rusak.

Sampai hari ini, wakaf umat Islam di Al-Quds, yang berkaitan dengan Wakaf Kementrian Yordania tetap bertanggung jawab untuk mengurus dan memperbaiki situs umat Muslim di Al-Quds itu.

Serangan tidak hanya pada masjid, namun telah melibatkan jamaah, pada April 1982, seorang tentara Israel menembaki jamaah didalam masjid hingga menewaskan dua orang dan enam lainnya luka-luka.

Pada Oktober 1990, polisi Israel menewaskan 21 orang Palestina dan melukai 150 lainnya setelah bentrokan ketika ekstrimis Yahudi mencoba untuk meletakkan pondasi batu dari kuil Yahudi di dalam masjid.

Sejak pendudukan Israel dari Al-Quds pada 1967, Israel telah melakukan penggalian di sekitar masjid, tanpa menjelaskan maksudnya.

Palestina merasa keberatan atas penggalian Masjid tersebut hingga Septeber 1996, ketika pemerintah Israel membuka trowongan di bawah dinding barat Al-Aqsha.

Langkah ini menarik oposisi Palestina, memicu demonstrasi di wilayah yang diduduki Israel, di mana 63 warga Palestina tewas dan beberapa luka-luka 1.600.

Masjid Al-Aqsha juga tempat terjadinya Intifada Palestina kedua pada September 2000, ketika politisi Israel yang kontroversial Ariel Sharon dan  pasukan keamanan Israel memasuki halaman Al-Aqsha.

Ratusan warga Palestina tewas dan ribuan luka-luka di seluruh wilayah kependudukan pada pemberontakan yang berlangsung pada 2005.

Setelah kunjungan Sharon ke Al-Aqsha, wakaf umat Muslim itu ditutup untuk non Muslim sampai pemerintahan Israel membuka kembali samapai Agustus 2003.

Sejak itu, kelompok ekstremis pemukim Yahudi menyerbu kompleks masjid dengan meningkatnya frekuensi dan dalam jumlah yang banyak.

Sumber Palestina mengatakan, kunjungan provokatif meningkat drastis pada 2014 dan 2015.

“Tidak ada keraguan, 2015 adalah tahun yang paling sulit  untuk Al-Aqsha dan khususnya Palestina secara umum, karena sikap keras penduduk Israel dan ekses dari ekstrimis pemerintah sayap kanan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu,” ujar imam masjid, Sheikh Ikrima Sabri , kepada Anadolu Agency, dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).

Juru bicara wakaf Islam di Al-Quds mengatakan, tahun lalu lebih dari 11.472 pemukim Israel memaksa masuk ke kompleks Al-Aqsha.

Juru bicara wakaf lain, Firas al-Dibs kepada Anadolu Agency, September 2015 mencatat 1.575 pemukim memasuki kompleks masjid, berbeda dari bulan-bulan sebelumnya, sekitar kurang dari seribu pemukim yang telah memasuki situs itu.

Intruksi pemukim bulan itu bertepatan dengan liburan tahun baru Yahudi pada 13 September, ketika kelompok-kelompok ekstrimis Yahudi menyerukan pengikutnya untuk berkumpul di kompleks Masjid Al-Aqsha.

Jamaah Muslim Palestina mengaku merasa terganggu dalam banyak hal dikawasan mereka, sampai pasukan keamanan Israel menyerbu kompleks masjid dengan tujuan untuk melindungi para pemukim.

Banyak warga Palestina terluka, dan terus bertambah, hal itu memicu pemberontakan lain pada awal Oktober, yang mengguncang walayah-wilayah kependudukan.

Menurut beberapa pengamat dan beberapa pejabat Israel, bentrokan itu yang menyebabkan Intifada Palestina ketiga yang berlangsung hingga hari ini.

Netanyahu mengatakan, status quo di Al-Aqsha tidak akan berubah, yaitu non Muslim akan tetap dilarang beribadah di sekitar masjid.

Pengamat Palestina mengatakan, Israel diam-diam berencana untuk membagi dua bagian masjid antara Muslim dan Yahudi, rencana  yang dibicarakan secara terbuka disesi parlemen internal Israel pada Agustus 2014.

Sementara itu, banyak jamaah Muslim Palestina sebagai  penjaga guna mempertahankan kompleks Al-Aqsa dengan tujuan untuk menghadapi serangan yang akan datang oleh pemukim Yahudi. (T/nrz/R02)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Abu Al Ghazi

Editor: Bahron Ansori

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.