Washington, MINA – Lebih dari 365.000 warga pengguna media sosial aktif menandatangani sebuah petisi online dengan tuntutan mendesak Komite Nobel di Norwegia untuk mencabut Nobel Perdamaian yang pernah diterima Aung San Suu Kyi, pemimpin de facto Myanmar.
Petisi online per tanggal 7 September penggugat menginginkan Ketua Badan Penghargaan Nobel untuk “menyita” atau “mengambil kembali” hadiah yang dimenangkan pemimpin Myanmar pada tahun 1991 tersebut, MINA (Mi’raj News Agency) melaporkan dari sumber Khaalej Times.
Suu Kyi telah ditargetkan oleh para pemohon karena diamnya atas meningkatnya kekerasan terhadap etnis Rohingya.
Petisi menggunakan jalur media sosial, terutama Twitter, untuk memprotes keheningan Suu Kyi atas penganiayaan umat Islam di negaranya.
Baca Juga: Presiden Korea Selatan Selamat dari Pemakzulan
Link untuk petisi juga dibagikan di medsos Facebook dan WhatsApp.
Myanmar mendapat tekanan internasional setelah sekitar 125.000 Muslim Rohingya melarikan diri dari serangkaian kekerasan di negara bagian Rakhine.
Perhatian internasional, terutama dari negara-negara Muslim, terus berkembang menyikapi kondisi Rohingya terbaru.
Wanita muda peraih Nobel Perdamaian asal Pakistan, Malala Yousafzai menyampaikan kritikan keras kepada militer Myanmar dan pemimpin sipilnya Aung San Suu Kyi atas penderitaan minoritas Muslim Rohingya.
Baca Juga: Jumat Pagi Sinagog Yahudi di Meulbourne Terbakar
“Setiap kali saya melihat berita tersebut, jantung saya hancur karena penderitaan Muslim Rohingya di Myanmar,” ujarnya dalam sebuah pernyataan di Twitter.
Sementara itu, seperti disebutkan Wio News, Suu Kyi mengecam tuduhan kepada dirinya tentang apa yang dia sebut sebagai “gunung es yang sangat buruk dari kesalahan informasi” mengenai krisis tersebut, “dengan tujuan untuk mempromosikan kepentingan terorisme”. (T/RS2/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Taliban Larang Pendidikan Medis Bagi Perempuan, Dunia Mengecam