40 Tahun Perjuangan Taiwan Jadi Negara Demokratis

Istimewa

Taipei, MINA – Tsai Ing-wen mengatakan telah berjuang selama 40 tahun terakhir melewati masa sulit untuk menjadi negara yang demokratis dan berkontribusi besar terhadap dunia. Namun, Tsai mengakui capaian itu akan sulit terwujud tanpa kerja sama dengan negara lain, termasuk Amerika Serikat (AS).

Pernyataan itu disampaikan Tsai saat melakukan konferensi jarak jauh dengan tiga think tank AS, yakni Centre for Strategic and International Studies (CSIS), The Brooking Institution, dan The Woodrow Wilson International Centre for Scholars, dikutip dari president.gov.tw, Kamis (11/4).

“Pada saat bersejarah itu, AS berdiri bersama Taiwan, menunjukkan kepada dunia komitmennya terhadap nilai-nilai demokrasi,” kata Tsai.

Dan orang-orang Taiwan merespon dengan cara yang sama, menunjukkan kepada dunia, tekad untuk menggunakan hak mereka untuk memilih, proses demokrasi yang mendasar, membuktikan bahwa mereka mampu bergabung dengan komunitas global yang bebas dan demokratis.

“AS telah membantu kami saat kami sedang dalam keadaan kritis. Kami berharap hubungan antara Taiwan dan AS akan terus meningkat,” terang Tsai di Taipei.

Bukan hanya membahas kerja sama antara Taiwan dengan AS, tapi juga situasi keamanan regional. AS merupakan kekuatan utama diplomasi Taiwan. Hubungan dengan Washington terus mengalami peningkatan sejak Donald Trump terpilih menjadi presiden pada 2016.

Menurut Tsai, Taiwan telah mengambil langkah besar dengan demokrasi pada 1996. Dan dua puluh tahun kemudian, Taiwan adalah salah satu negara paling bebas di dunia, dan rakyat Taiwan memilih presiden wanita pertama mereka.

Taiwan merupakan satu dari empat macan Asia bersama Hong Kong, Korea Selatan, dan Singapura. Pada abad ke-20, Taiwan mengalami perkembangan industrialisasi yang pesat yang dikenal dengan sebutan Taiwan Miracle. (T/Sj/RS3)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.