50 Tahun Hubungan Diplomatik ASEAN-Jepang, Perkuat Solidaritas dan Kerja Sama Berkelanjutan

(Foto: ASEAN Indonesia)

Jakarta, MINA – Sekretaris Jenderal Kao Kim Hourn, mendorong penguatan solidaritas negara-negara ASEAN dengan dan menjalin kerja sama berkelanjutan.

Menurut Kim Hourn, di usianya yang menginjak 50 tahun hubungan kerja sama ASEAN-Jepang tak lepas dari komitmen Jepang yang begitu kuat terhadap organisasi perhimpunan negara-negara Asia Tenggara ini.

Dia juga menyambut baik hubungan dan dukungan berkelanjutan Jepang untuk sentralitas ASEAN termasuk beberapa partisipasi aktifnya dalam kerja sama berbagai bidang.

“Kami juga menyaksikan wujud solidaritas dan persahabatan kuat dari Jepang, misalnya dalam penanganan pandemik COVID-19 di kawasan ASEAN,” kata Kim Hourn dalam pidato pembukanya, di Simposium Peringatan 50 Tahun ASEAN-Jepang di Jakarta, Senin (13/2).

ASEAN dan Jepang memulai hubungan dialog informal pada 1973 dan meningkat kepada hubungan formal dengan dibentuknya mekanisme ASEAN-JAPAN Forum pada bulan Maret 1977.

Duta Besar Jepang untuk ASEAN, Kiya Masahiko menyatakan, hubungan antara ASEAN dan Jepang terus berkembang, sejak Jepang mengumumkan Doktrin Fukuda pada 1983 yang mengartikulasikan tekad menjadi negara yang berkomitmen pada perdamaian dan tidak pernah lagi menjadi kekuatan militer.

“Tekad ini sangat penting untuk mengkonsolidasikan hubungan saling percaya dan saling pengertian dengan negara-negara Asia Tenggara berdasarkan’kemitraan dari hati ke hati’,” ungkapnya.

Untuk itu, lanjut Masahiko, Jepang menggagas pemahaman ASEAN sebagai teman sejati dan mendukung upaya negara-negara anggota ASEAN sendiri untuk memperkuat solidaritas dan ketahanan mereka sebagai “mitra yang setara”.

Menurutnya, ASEAN terus menunjukkan pertumbuhan yang luar biasa dalam ekonomi global, dan ini sangat diperlukan bagi pertumbuhan ekonomi Jepang.

“Dewasa ini Jepang dan ASEAN telah menjadi mitra yang tidak tergantikan satu sama lain, dengan kerja-samanya di bidang politik dan keamanan seperti halnya pertukaran budaya dari tahun ke tahun,” ujar Masahiko.

Dia menambahkan, pembukaan Misi Jepang untuk ASEAN menunjukkan kebulatan tekad dalam memperkuat hubungan kerja sama ke depan antara Jepang dan ASEAN, dan untuk pembangunan dan kemakmuran bersama di Jepang dan luar Jepang.

Simposium ini digelar oleh Misi Jepang untuk ASEAN bersama Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI).

Direktur FPCI Dino Patti Djalal, menjelaskan, Simposium ini merupakan kick-off rangkaian kegiatan puncak peringatan di Jakarta untuk memperdalam pemahaman tentang perkembangan hubungan ASEAN-Jepang selama setengah abad, dan membahas cara untuk mengangkatnya ke tahap baru guna mempromosikan perdamaian, stabilitas serta kemakmuran di kawasan Indo-Pasifik dan sekitarnya.

“Pemerintah Jepang bekerja sama dengan ASEAN mengadakan berbagai acara peringatan untuk menyoroti dan semakin memperkuat hubungan yang telah terjalin lama antara ASEAN dan Jepang,” ujarnya.

Pada 26 Mei 2011, Jepang telah resmi membuka misinya untuk ASEAN di Jakarta sebagai kesatuan diplomatik Jepang yang terbaru. Ini merupakan misi diplomatik kedua bagi ASEAN dari negara anggota non-ASEAN.

Jepang menjadi “Partner Dialog” yang paling pertama bagi ASEAN segera setelah pembentukan ASEAN pada 1967. Sejak itu, Jepang dan ASEAN telah berbagi banyak kesamaan seperti budaya, suku bangsa dan kebiasan sebagai tetangga di Asia, dan telah memelihara hubungan khusus, yang sering digambarkan sebagai “kemitraan Hati ke Hati”.(L/R1/P1)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

 

Wartawan: Rana Setiawan

Editor: Rana Setiawan

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.