PUSAT ADVOKASI: PENGUNGSI ROHINGYA INGIN KEMBALI DENGAN AMAN

Focus Group Discussion yang diselenggarakan oleh PAHAM
Focus Group Discussion yang diselenggarakan oleh PAHAM

Jakarta, 15 Ramadhan 1436/2 Juli 2015 (MINA) – Pusat Advokasi Hukum dan Indonesia (PAHAM) menyatakan, para ingin kembali ke negara asalnya () dengan aman.

Hal itu disampaikan dalam acara Focus Group Discussion (FGD) tentang nasib pengungsi Rohingya di Jakarta, Kamis, berdasarkan hasil assesment (penelitian) terhadap 543 responden di antara para pengungsi Muslim Rohingya di Aceh dan Sumatra Utara pada 2-9 Juni 2015 lalu.

Sekretaris Jenderal PAHAM, Rozak Azhari menyatakan, dari hasil penelitian yang dilakukan lembaganya ternyata ditemukan data data yang mengejutkan. “Sebanyak 76,7 persen pengungsi tidak tidak pernah menempuh pendidikan,” paparnya.

Sementara itu, Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, Fitria, SH,MR. menyatakan, mengutip dari data lembaga PBB untuk pengungsi, UNHCR, bahwa satu dari 120 orang di dunia ini adalah pengungsi, dan 90 persen dari seluruh pengungsi di dunia beragama Islam.

Menurut Fitri, demikian banyaknya pengungsi beragama Islam adalah karena  saat ini hampir semua wilayah yang dilanda konflik adalah daerah dengan populasi umat Islam, terutama di kawasan Timur Tengah. Sementara Indonesia secara geopolitik merupakan negara yang strategis sebagai tempat tujuan para pengungsi.

“Sementara Pemerintah Indonesia masih menganggap masalah pengungsi menjadi beban bagi negara. Hal itu karena mereka melihatnya dengan pendekatan keamanan. Menurut peraturan yang berlaku di negara kita, para pengungsi hanya diberi batas tinggal selama satu tahun,” kata Fitria.

Pendiri PAHAM Indonesia, Heru Susetyo menyatakan, saat ini kita memiliki tiga tugas untuk Muslim Rohingya, pertama; tugas kemanusiaan, memberikan pertolongan darurat kepada pengungsi, kedua; tugas hukum, yaitu memberi akses bagi mereka agar dapat kembali ke negaranya atau dikirim ke negara penampung, ketiga; advokasi dan lobi, yaitu menekan Pemerintah Myanmar untuk mengakui mereka sebagai warga negaranya dan memenuhi hak-haknya.

Ribuan orang dari etnis Muslim Rohingya, Myanmar yang dijuluki sebagai ‘manusia perahu’ oleh media internasional, melakukan perjalanan laut menggunakan perahu ke negara-negara Asia Tenggara yakni Malaysia, Indonesia dan Thailand melalui perairan Selat Malaka dan Laut Andaman.

Komisioner Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi memperkirakan sekitar 25,000 orang telah melakukan perjalanan laut dari Januari sampai Maret pada 2015.

Terdapat klaim bahwa sekitar 100 orang meninggal di perairan Indonesia, 200 orang di Malaysia, dan 10 orang di Thailand pada saat perjalanan mereka setelah para oknum membawa mereka ke laut. (R03/P2.)

Mi’raj Islamic News Agnecy (MINA)

 

 

Comments: 0