Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior MINA
Bagi orang yang berbisnis, berusaha atau berdagang, bukan hanya sekedar mencari keuntungan jual beli. Namun tentunya bukan sekedar mencari keuntungan dalam perdagangan, yang itu pun diperbolehkan.
Ada yang jauh lebih bermakna, yakni bagaimana agar dari penjualan itu tumbuh keberkahan atau barokah bagi para penjual khususnya, dan pembeli serta pihak-pihak terkait lainnya.
“Berkah” atau “Barokah” itu sendiri memiliki kandungan dan pemahaman yang sangat luas dan agung, yaitu berkembang, bertambah dan kebahagiaan. Yakni diharapkan dari suatu usaha akan menambah kebaikan yang banyak dan abadi.
Baca Juga: [Hadits Al-Arbain ke-24] Tentang Haramnya Berbuat Zalim
Ibnul Qayyim Al-jauziyah mengatakan, tidaklah kelapangan rezqi dan amalan itu diukur dengan jumlahnya yang banyak, tidaklah panjang umur dilihat dari bulan dan tahunnya yang berjumlah banyak. Akan tetapi kelapangan rezqi dan umur diukur dengan keberkahannya. Keberkahan yang kemudian mendatangkan manfaat dan maslahat bagi sebanyak mungkin manusia serta bagi perjuangan dan dakwah Islam yang rahmatan lil ‘alamin.
Untuk mencapai keberkahan itu, ada beberap hal yang perlu diperhatikan, di antaranya:
Pertama, didasari dengan niat dan iman kepada Allah.
Niatkan semua yang akan dan sedang dikerjakan semata-mata karena mengharap ridha Allah. Sehingga apa-apa yang dikerjakan pun harus senantiasa sejalan dengan ketentuan Allah, iman kepada Allah.
Baca Juga: Keutamaan Menulis: Perspektif Ilmiah dan Syari
Dengan landasan niat dan iman karena Allah inilah dapat mendatangkan barokah dari Allah. Seperti disebutkan Allah dalam firman-Nya:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُواْ وَاتَّقَواْ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاء وَالأَرْضِ وَلَـكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذْنَاهُم بِمَا كَانُواْ يَكْسِبُونَ
Artinya: “Andaikata penduduk negri-negri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan bumi. Tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS Al-A’raf [7]: 96).
Demikianlah imbalan Allah kepada orang-orang yang beriman dari hamba-hamba-Nya. Dan sebaliknya, orang yang kufur dengan Allah, niscaya ia tidak akan pernah merasakan keberkahan dalam hidup.
Di antara perwujudan iman kepada Allah yang berkaitan dengan penghasilan ialah dengan senantiasa yakin dan menyadari bahwa rezqi apapun yang kita peroleh ialah atas karunia dan kemurahan Allah. Bukan atas jerih payah, tenaga atau kepandaian kita. Yang demikian itu karena Allah telah menentukan jatah rezqi setiap manusia. Jadi, dengan dermikian kita tidak perlu bersumpah palsu, berkata dusta soal dagangan kita, atau menipu dengan daya tarik rayuan. Sebab itu tidak akan mendatangkan keberkahan.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-23] Keutamaan Bersuci, Shalat, Sedekah, Sabar, dan Al-Quran
Kedua, senantiasa mensyukuri karunia Allah.
Tiada kenikmatan apapun wujudnya yang dirasakan oleh manusia di dunia ini, melainkan datangnya dari Allah, karunia Allah semata. Oleh karena itu Allah mewajibkan atas manusia untuk senantiasa bersyukur kepada-Nya.
Cara bersyukurnya, yakni dengan senantiasa mengingat bahwa kenikmatan tersebut datangnya dari Allah, kemudian kita mengucapkan hamdalah “Alhamdulillaahi robbil ‘aalamiin”, bahwa segala puji hanya milik Allah. Selanjutnya kita rela menafkahkan sebagian dari rezqi yang Allah karuniakan itu, untuk jalan-jalan yang di ridhai Allah (fii sabiilillaah).
Justru dengan kita bersyukur demikian ini, akan menambah keberkahan dalam hidup kita. Sehingga Allah pun akan senantiasa melipat gandakan untuk kita karunia-Nya. Seperti dalam firman-Nya:
Baca Juga: Langkah Kecil Menuju Surga
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Artinya: “Dan ingatlah tatkala Tuhanmu mengumandangkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni’mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni’mat-Ku) maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS Ibrahim [14]: 7).
Ketiga, menunaikan zakat
Zakat, baik zakat wajib atau sunnah (shadaqah) adalah salah satu amalan yang menjadi penyebab turunnya keberkahan. Allah menyebutkan di dalam ayat-Nya:
يَمْحَقُ اللّهُ الْرِّبَا وَيُرْبِي الصَّدَقَاتِ
Artinya: “Allah memusnahkan riba dan menyuburkan shadaqah.” (QS Al-Baqarah [2]: 276).
Baca Juga: Akhlak Mulia: Rahasia Hidup Berkah dan Bahagia
Dengan menunaikan zakat dan shadaqah, akan semakin melipatgandakan pahala hingga 700 kalilipat. Seperti disebutkan di dalam ayat:
مَّثَلُ الَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنبُلَةٍ مِّئَةُ حَبَّةٍ وَاللّهُ يُضَاعِفُ لِمَن يَشَاء وَاللّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
Artinya: “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tidap-tiap bulir terdapat seratus biji. Allah melipat gandakan bagi orang yang Ia kehendaki. Dan Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui.” (QS Al-Baqarah [2]: 261).
Keempat, ridha dengan rizqi yang Allah berikan.
Ridha dengan rezqi yang Allah karuniakan, akan menumbuhkan jiwa yang dipenuhi dengan qona’ah (merasa cukup). Sehingga tidak tergiur untuk berbuat curang, menipu, berdusta, seperti menjual kucing dalam karung, dan menyembunyikan apa yanbg harus diketahui oleh pembeli.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-22] Islam Itu Mudah, Masuk Surga Juga Mudah
Keridhaan dengan segala rizqi yang Allah turunkan untuk kita, inilah yang akan mendatangkan keberkahan dari Allah. Seperti disebutkan di dalam hadits:
إن اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يبتلي عَبْدَهُ بِمَا أَعْطَاهُ فَمَنْ رضي بِمَا قَسَمَ الله عز وجل له بَارَكَ الله له فيه وَوَسَّعَهُ وَمَنْ لم يَرْضَ لم يُبَارِكْ له ولم يزده على ما كتب له. رواه أحمد والبيهقي وصححه الألباني
Artinya: “Sesungguhnya Allah Yang Maha Luas Karunia-nya lagi Maha Tinggi, akan menguji setiap hamba-Nya dengan rizqi yang telah Ia berikan kepadanya. Barang siapa yang ridho dengan pembagian Allah Azza wa Jalla, maka Allah akan memberkahi dan melapangkan rizki tersebut untuknya. Dan barang siapa yang tidak ridho (tidak puas), niscaya rizqinya tidak akan diberkahi.” (HR Ahmad).
Tidak puas dengan apa yang telah Allah karuniakan kepada kita, itulah yang dikatakan Ulama sebagai penyakit jiwa akibat bagi para pemuja dunia dan materi. Hingga kemudian timbullah iri dan dengki pada keuntungan yang diperoleh orang lain.
Oleh karenanya dirinya akan senantiasa banting tulang untuk menambah hartanya, dengan segala cara, hingga akhirnya habislah umur kita untuk itu. kita justru telah menyiksa tubuh kita sendiri, menenggelamkan lembaran kita dengan berbagai dosa yang dilakukan demi mendapatkan harta kekayaan.
Baca Juga: Baca Doa Ini Saat Terjadi Hujan Lebat dan Petir
Oleh karena itu Islam mengajarkan kepada umatnya agar senantiasa menjaga kehormatan agama dan dirinya dalam setiap usaha yang ia tempuh guna mencari rezqi yang halal, baik lagi berkah. Sehingga seorang Muslim tidak akan menempuhnya melainkan jalan-jalan yang dihalalkan dan dengan tetap menjaga kehormatan dirinya di hadapan Allah.
Kelima, memperbanyak istighfar dari segala dosa.
Sebagaimana halnya perbuatan dosa adalah salah satu penyebab terhalangnya rezqi dari pelakunya. Maka sebaliknya, istighfar adalah salah satu penyebab rezqi datang dan diberkahi. Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh nabi Nuh ‘Alaihis Salam kepada umatnya:
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا {10} يُرْسِلِ السَّمَاء عَلَيْكُم مِّدْرَارًا {11} وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَل لَّكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَل لَّكُمْ أَنْهَارًا
Artinya: “Maka aku katakan kepada mereka: “Beristighfarlah kamu kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirmkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS Nuh [71]: 10-12).
Baca Juga: Ini Doa Terbaik Dari Keluarga untuk Jamaah Yang Pulang Umrah
Keenam, menyambung tali Silaturrahim.
Di antara amal shalih yang akan mendatangkan keberkahan dalam hidup kita ialah menyambung tali silaturrahim, yaitu menjalin hubungan persaudaraan yang baik dengan setiap orang yang terjalin antara kita dan manusia lainnya.
Maka, dalam perdagangan pun bukan sekedar jual beli. Tapi ada unsur menambah saudara, menambahkah kawan dalam kebaikan. Maka, kalaupun tidak terjadi juali beli karena satu dan lain hal, jangan sampai memutuskan talin silaturrahim.
Dalam hal mini Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-21] Tentang Istiqamah
مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ أَوْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
Artinya: “Barang siapa yang senang untuk dilapangkan (atau diberkahi) rizkinya, atau ditunda (dipanjangkan) umurnya, maka hendaknya ia bersilaturrahim.” (HR Muttafaqun ‘Alaih).
Di siji, yang dimaksud dengan ditunda ajalnya atau dipanjangkan umurnya ialah umurnya diberkahi, diberi taufiq untuk beramal shalih, mengisi waktunya dengan berbagai amalan yang berguna bagi kehidupannya di akhirat, dan terjaga dari menyia-nyiakan waktunya dalam hal yang tidak berguna. Atau menjadikan nama harumnya senantiasa dikenang orang. Atau benar-benar umurnya ditambah oleh Allah Ta’ala.
Ketujuh, senantiasa menjaga jalan yang halal, jauhi riba.
Merupakan syarat mutlak bagi terwujudnya keberkahan harta kita ialah harta tersebut diperoleh dari jalan-jalan yang halal. Termasuk kehati-hatian kita dalam berbisnis atau berusaha jangan sampai mengikuti jalan riba. Karena praktik riba ini adalah hal yang akan menghapuskan keberkahan usaha. seperti peringatan-Nya:
Baca Juga: Makna Mubazir dalam Tafsir Al-Isra’ Ayat 27, Mengapa Pelaku Pemborosan Disebut Saudara Setan?
يَمْحَقُ اللّهُ الْرِّبَا وَيُرْبِي الصَّدَقَاتِ
Artinya: “Allah memusnahkan riba dan menyuburkan shadaqah.” (QS Al Baqarah [2]: 276).
Imam Ibnu Katsir menjelaskan ayat ini, bahwa Allah mengabarkan bahwa Allah akan memusnahkan riba, maksudnya bisa saja memusnahkannya secara keseluruhan dari tangan pemiliknya atau menghalangi pemiliknya dari keberkahan hartanya tersebut. Dengan demikian pemilik riba tidak mendapatkan kemanfaatan harta ribanya, bahkan Allah akan membinasakannya dengan harta tersebut dalam kehidupan dunia, dan kelak di hari akhirat Allah akan menyiksanya akibat harta tersebut.
Hal ini semakna dengan hadits berikut:
إن الربا وإن كثر، عاقبته تصير إلى قل
Artinya: “Sesungguhnya (harta) riba, walaupun banyak jumlahnya, pada akhirnya akan menjadi sedikit.” (HR Ahmad, Ath-Thabrany, dan Al-Hakim).
Bila kita mengamati kehidupan orang-orang yang menjalankan praktik-praktik riba, niscaya kita dapatkan banyak bukti bagi kebenaran ayat dan hadits di atas. Betapa banyak pemakan riba yang hartanya berlimpah ruah, dipandang orang serba wah, apa saja ia punya dan bisa dibeli, hingga tak terhitung jumlahnya. Akan tetapi tidak satupun dari mereka yang merasakan keberkahan, ketentraman dan kebahagiaan di dunia dari harta haram tersebut. Belum lagi di akhirat, menaggung dosa yang berlipat ganda. Na’udzubillaahi min dzaalik.
Kedelapan, selalu mengiringi dengan doa.
Sebagai wujud dari kelemahan diri sebagai makhluk yang penuh dengan berbagai kekurangan, maka doa menjadi senjata ampuh memperkuat semua usaha yang kita lakukan. Terutama sekali yang berkaitan dengan usaha-usaha menggapai rezki yang halal dan barokah.
Beberapa doa di dalam Al-Quran dan Al-Hadits dapat kita amalkan dalam mengiringi segala ikhtiar kita. Di antaranya:
اَللَّهُمَّ رَبَّنَا أَنْزِلْ عَلَيْنَا مَائِدَةً مِنَ السَّمَاءِ تَكُوْنُ لَنَا عِيْدًا لِأَوَّلِنَا وَءَاخِرِنَا وَءَايَةً مِنْكَ وَارْزُقْنَا وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ
Artinya : “Ya Tuhan kami, turunkanlah kepada kami hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu bagi orang orang yang bersama kami dan yang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan engkau, beri rezekilah kami, dan Engkaulah pemberi rezeki yang paling utama.” (QS Al-Maidah [5]: 114).
رَبِّ أَوْزِعْنِيْ أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأنْ أعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنِيْ بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِيْنَ
Artinya : “Ya Allah, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat‐Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orangtuaku dan untuk (selalu) mengerjakan amal soleh yang Engkau ridhai, serta masukkan aku dengan rahmat‐Mu ke dalam golongan hamba‐hamba‐Mu yang soleh.” (QS An‐Naml [27]: 19).
اَللّٰهُمَّ اَكْفِنِيْ بِحَلَالِكَ عَنْ حَرَامِكَ، وَأَغْنِنِيْ بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ.
Artinya : “Ya Allah, berilah aku kecukupan dengan rezeki yang halal, sehingga aku tidak memerlukan yang haram, dan berilah aku kekayaan dengan karuniamu, sehingga aku tidak memerlukan bantuan orang lain, selain diri-Mu.” (HR Ahmad).
اَللّٰهُمَّ إِنِّى أَعُوْذُبِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحَزْنِ وَأَعُوْذُبِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَأَعُوْذُبِكَ مِنَ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَأَعُوْذُبِكَ مِنْ غَلَبَتِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ.
Artinya : “Ya Allah aku berlindung kepa-Mu dari kegundahan dan kesedihan dan aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan kemalasan dan aku berlindung kepada-Mu dari sifat penakut dan bakhil dan aku berlindung kepada-Mu dari terlilit hutang dan pemaksaan dari orang lain.” (HR Abu Dawud).
اَللّٰهُمَّ لَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ، وَ لَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ، لَا يَنْفَعُ ذَى الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ (رواه البخارى)
Artinya : “Ya Allah, tidak ada yang bisa mencegah jika Engkau akan memberi dan tidak ada yang mampu memberi jika Engkau mencegahnya. Tidaklah bermanfaat nasib baik itu untuk menyelamatkan dari siksa‐Mu.” (HR Bukhari).
اَللّٰهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْكُفْرِ وَالْفَقْرِ وَعَذَابِ الْقَبْرِ
Artinya : “Ya Allah, aku berlindung dari kekufuran, kemiskinan dan siksa kubur.” (HR Ahmad dan An-Nasa’i).
اَللّٰهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِـرَةِ، اَللّٰهُمَّ إنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي دِيْنِيْ وَدُنْيَايَ وَأَهْلِيْ وَمَالِيْ، اَللّٰهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِيْ وَآمِنْ رَوْعَاتِيْ
Artinya : “Ya Allah, aku mohon kebaikan dunia dan akhirat, Ya Allah, aku mohon ampun dan kebaikan dalam agama, dunia, keluarga, dan, dan hartaku. Ya Allah, tutuplah aibku dan berilah aku rasa aman dari semua ketakutan.” (HR Ahmad, Abu Dawud, An-Nasa’i dan Ibnu Majah).
Semoga kita mendapatkan keutamaan dari berbisnis atau berniaga dengan selalu mengharap ridha dan keberkahan dari Allah. Aamiin Yaa Robbal ‘Aalamiin. (T/RS2/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)