Aktivis Mavi Marmara Sayangkan Sikap ICC yang Tolak Hukum Israel

MAVI MARMARA
Kapal dalam misi “Freedom Flotilla I” Mei 2010. (Foto: Arsip)

Jakarta, MINA – Aktivis kapal kemanusiaan internasional Mavi Marmara yang pernah diserang Israel pada 2010 lalu menyesalkan sikap Mahkamah Internasional (ICC) yang menolak membawa Israel ke pidana global.

Dalam sebuah diskusi nasional untuk , aktivis Mavi Marmara perwakilan Medical Emergency Rescue Committee () Nurfitri Muslim Taher menceritakan kembali penyerangan tentara Israel yang melanggar hukum kepada para aktivis internasional yang hanya membawa bantuan kemanusiaan di kapal mereka.

“Kami berulang kali melakukan sidang di Turki, hingga pada akhirnya kami berusaha ke ICC dan entah apa alasannya, ICC menolak kasus ini,” katanya di hadapan ratusan peserta diskusi yang hadir.

Dia menegaskan, para aktivis Mavi Marmara yang sampai saat ini masih terus berjuang menuntut Israel dihukum atas banyak kesalahan dalam tragedi Mavi Marmara, tidak akan menyerah. Bahkan kini mereka sedang berusaha membawa ke Mahkamah HAM Eropa karena kecewa dengan keputusan ICC.

Selain menyerang warga yang tidak bersenjata, lanjut Nurfitri, kesalahan Israel lainnya adalah melakukan serangan di perairan internasional. Sehingga, secara hukum, Israel secara jelas melakukan kesalahan besar.

Selain Nurfitri, diskusi yang diselenggarakan Komite Solidaritas Palestina dan Yaman itu juga menghadirkan para pembicara dari latar belakang yang berbeda, mulai dari perwakilan Amnesty Internasional Raafi Nurkarim Ardikoesoema, Pakar media Syafiq Basri Assegaf dan perwakilan Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) di Indonesia Muhammad Isa, Peneliti Palestina Irman Abdurrahman, perwakilan Komnas HAM Mimin Dwi Hartono dan pengamat Timur Tengah Husein Ja’far.

Pada kesempatan itu, Nurfitri juga menjelaskan pentingnya peran warga Indonesia untuk terjun langsung membantu Palestina.

“Karena sejarah membuktikan, Palestina dalam kondisi aman di bawah kepemimpinan Muslim, pertama sejak Umar bin Khattab membebaskan tanah itu, di masa lainnya yang tersisa hanya konflik,” tambahnya.

Sebagai keterlibatan langsung, Nurfitri juga mengajak warga kembali mengulurkan bantuan untuk rencana pembangunan dua lantai tambahan di RS Indonesia di Jalur Gaza, Palestina yang akan dilangsungkan tahun depan.

“Setiap hari RS Indonesia di Jalur Gaza menampung 400 orang dan terus bertambah, sehingga butuh tambahan ruangan dan lantai,” katanya diikuti tepuk tangan peserta yang mengapresiasi peran MER-C dalam hal itu.(L/RE1/P2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Rudi Hendrik

Editor:

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.