Amman, MINA – Benjamin Ladraa, seorang aktivis berusia 25 tahun yang berangkat dari Swedia ke Palestina untuk mengangkat dan meningkatkan kesadaran tentang pelanggaran hak asasi manusia di wilayah pendudukan, berharap untuk menyelesaikan perjalanannya pada Kamis (11/10).
“Besok (Kamis) saya akan menempuh jarak terakhir dari perjalanan saya dan tiba di perbatasan Palestina yang diduduki,” ujar Benjamin Ladraa di akun Instagram pribadinya, Rabu.
“Ada kemungkinan besar bahwa tentara pendudukan Israel tidak akan membiarkan saya memasuki Palestina sehingga saya memiliki dukungan untuk mengajak semua orang jika ini terjadi,” kata dia.
Ia meminta pendukung untuk bergabung dengannya dalam meningkatkan kesadaran tentang pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh Israel terhadap Palestina.
Baca Juga: Netanyahu Kembali Ajukan Penundaan Sidang Kasus Korupsinya
“Jika mereka tidak membiarkan saya besok, itu adalah kesempatan yang sangat baik untuk mencoba dan membuat media di seluruh dunia untuk berbicara tentang bagaimana Israel menghalangi aktivis hak asasi manusia memasuki Palestina. Jadi saya ingin semua orang menghubungi banyak surat kabar, TV stasiun, News Agencys dll sebanyak mungkin dan berbagi cerita ini,” pinta Ladraa.
Ladraa tiba di Yordania pada 26 Juni, dan dia berencana untuk memasuki Palestina melalui Tepi Barat. Ladraa mengatakan ia mencari media di mesin pencari Google di setiap negara yang ia lalui dalam perjalanannya, untuk meminta mereka membantu dalam memberitakan aksi kemanusian yang ia perjuangkan.
Wartawan surat kabar Daily Sabah bertemu dengannya di Ankara pada bulan April untuk mendengar ceritanya dan memperkuat suaranya.
Dia meminta para pengikutnya untuk menyaksikan perjalanannya pada hari Kamis dan Jumat untuk melihat bagaimana pemerintah Israel akan bereaksi terhadap perjalanannya, dan untuk membunyikan alarm jika mereka tidak mengizinkannya masuk.
Baca Juga: Hujan Deras Rusak Tenda-Tenda Pengungsi di Gaza
“Biarkan dunia tahu bahwa mereka menyembunyikan kejahatan mereka dengan tidak mengizinkan orang yang akan bersaksi,” tulisnya.
Ladraa, yang lahir dari orang tua Yahudi, rela melepas pekerjaan dan studinya untuk mulai berjalan pada 8 Agustus tahun lalu, setelah kunjungan tiga minggu ke Palestina membuka matanya terhadap pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh Israel terhadap mereka yang tinggal di daerah Palestina yang diduduki Israel.
Ladraa menemui berbagai pengalaman positif dan negatif selama melintasi 13 negara termasuk Turki dalam perjalanan ke Palestina, kadang-kadang berhenti untuk mengadakan ceramah.
Di Lebanon, ia mengunjungi tujuh kamp pengungsi di mana warga Palestina telah hidup sejak pembentukan negara Israel pada tahun 1948.
Baca Juga: Abu Obaida: Sandera Perempuan di Gaza Tewas oleh Serangan Israel
Dia selalu membawa bendera Palestina di punggungnya dan keffiyeh, simbol kemerdekaan Palestina, di atas bahunya.
Ladraa menjual semua yang dia miliki untuk membiayai perjalanan, dan juga menerima sumbangan dari pendukung. (T/R11/B05)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: [POPULER MINA] Perintah Penangkapan Netanyahu dan Layanan di Semua RS Gaza Berhenti