AL ARABIYA: SAUDI TOLAK TAWARAN KUDETA SALEH TERHADAP HOUTHI

Ahmad Ali Andullah Saleh (kiri), putra Ali Abdullah Saleh, bertemu dengan Wakil Kepala Intelijen Arab Saudi Jenderal Yousuf Al-Idris (tengah), Senin 23 Maret 2015. (Foto: Al Arabiya)
Ahmad Ali Andullah Saleh (kiri), putra , bertemu dengan Wakil Kepala Intelijen Jenderal Yousuf Al-Idris (tengah), Senin 23 Maret 2015. (Foto: Al Arabiya)

Doha, 9 Jumadil Akhir 1436/29 Maret 2015 (MINA) – Sebuah laporan ekslusif dari Al Arabiya mengungkap penolakan Pemerintah Arab Saudi pada tawaran terhadap kelompok Houthi di Yaman oleh mantan Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh, sebelum terjadinya serangan udara pada kelompok Houthi.

Media milik Arab Saudi yang berbasis di Doha itu pada Sabtu malam (28/3) melaporkan, putra Saleh, Ahmad Ali Abdullah Saleh, mendekati pemerintah Saudi dua hari sebelum Operasi “Badai Ketegasan” dilancarkan, Senin 23 Maret.

Ahmad menawarkan rencananya kepada pemerintah Saudi untuk berbalik melawan milisi Houthi dengan permintaan imbalan “perlindungan” bagi dia dan ayahnya, Al Arabiya melaporkan yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).

Ahmad Ali awalnya bertemu Wakil Kepala Intelijen Arab Saudi Jenderal Yousuf Al-Idris, di Riyadh, sebelum menuju ke kantor Menteri Pertahanan negara itu, Pangeran Mohammed bin Salman, yang juga putra Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz.

Selama pembicaraan, Ahmad Ali meminta perlindungan untuk dia dan ayahnya serta pencabutan sanksi-sanksi PBB yang dikenakan kepada ayahnya.

Ali Abdullah Saleh adalah mantan Presiden Yaman yang mengundurkan diri pada 2012 setelah memerintah selama 33 tahun.

Anaknya telah menawarkan kudeta terhadap Houthi, menggunakan sekitar 5.000 pasukan keamanan khusus yang setia kepada Saleh dan 100.000 anggota Garda Republik.

Namun menurut informasi yang diterima Al Arabiya, Kerajaan Saudi menolak secara datar.

Dalam pembicaraan, Pangeran Salman menekankan, Kerajaan berkomitmen kepada inisiatif Teluk yang melihat Saleh telah keluar dari kesepakatan sebelumnya ketika dia dipaksa mundur oleh revolusi Yaman.

Pangeran Salman juga menekankan, Abd-Rabbu Mansour Hadi adalah Presiden Yaman yang sah dan memperingatkan, setiap manuver militer pemberontak Houthi yang menargetkan ibukota sementara Yaman, Aden, akan dianggap melanggar “garis merah”.

Secara luas para pengamat telah menuding Saleh sebagai dalang kerusuhan di Yaman. (T/P001/P2)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

 

Comments: 0