Batam, MINA – Pondok Pesantren Shuffah Hizbullah Al-Fatah Batam, Kepulauan Riau menggunakan sistem belajar membaca kitab kuning secara cepat dengan metode Al-Ghooyah.
Sistem pembelajaran ini dapat menghasilkan santri dengan kemampuan membaca kitab kuning mulai belajar dari nol hanya dalam waktu 20 hari.
Demikian dikatakan Mudir (pimpinan-red) Ponpes Shuffah Hizbullah dan Madrasah Al-Fatah Batam, Ustadz Yaser Arafat saat dihubungi Mi’raj News Agency (MINA) via telpon, Jum’at (9/6) malam usai acara tes kemampuan 15 santrinya yang sedang mengikuti pelatihan selama Ramadhan.
Baca Juga: Wamenag Sampaikan Komitmen Tingkatkan Kesejahteraan Guru dan Perbaiki Infrastruktur Pendidikan
“Ada 15 santri kita (Al-Fatah-red) yang ikut dalam pelatihan ini, termasuk putra Batam yang sedang nyantri di Al-Fatah Jambi bersama santri dari Ponpes Miftahul Huda dan Ar-Rumi berjumlah 36 santri,” katanya.
“Ke 15 santri tersebut yakni, Umniyah Adiibah, Istiqomala Sari, Siti Khadijah, Fitri Nurhidayah, Niswah Afifatul Husni, Septiara Fathanah S, Bayu Arya Gumilang, Abdullah Sufi, Usrotun Hasanah, Muhammad Alfan Dzaki, Dina Nur Fadilah, Mar’atus Sholehah, Muh. Yusuf Budiarto, Anisa Hakim, Faizatun Nikmah,” katanya.
Pembina Utama Ponpes Shuffah Hizbullah dan Madrasah Al-Fatah, KH. Yakhsyallah Mansur yang juga hadir bersama pembina Al-Fatah Jambi, KH. Saleh Hafidz, dan sempat mengetes kemampuan para santri di tengah pelatihan mengatakan akan menggunakan metode ini sebagai metode resmi di Al-Fatah Batam.
“Kita akan gunakan ini sebagai metode resmi kita di Al-Fatah Bata mini sebagai uapaya percepatan belajar membaca kitab kuning, insya Allah diikuti dengan Al-Fatah seluruh Indonesia,” katanya.
Baca Juga: Hari Guru, Kemenag Upayakan Sertifikasi Guru Tuntas dalam Dua Tahun
Yakshyallah juga mengatakan dalam waktu dekat akan menggelar Festival Kitab Kuning di cabang Al-Fatah Jambi.
Sementara, penemu Metode Al-Ghooyah, KH. Abdul Rohman Nabrawi pada wawancara via telpon mengatakan metode ini merupakan metode dengan ciri pendekatan istiqrai (analisa data), kasus melahirkan teori.
“Siswa nyaris tidak ada hafalan, siswa sudah bisa faham karena kita berangkat dari sebuah kasus melahirkan teori. Dalam 20 hari Insya Allah dari kaset kosong, dari siswa yang tidak mempunyai dasar sama sekali, bisa membaca sarah Alfiah Ibnu Aqil, kitab tertinggi ilmu Nahwu Sorof,” ujarnya.
Adapun pelatihan meliputi menulis, membaca, menerjemah, sekaligus memahami. Mulai dari menit pertama hal tersebut sudah dimulai.
Baca Juga: Program 100 Hari Kerja, Menteri Abdul Mu’ti Prioritaskan Kenaikan Gaji, Kesejahteraan Guru
“Selama ini saya tidak pernah menemukan kegagalan selama pelatihan, kecuali memang anaknya tidak bisa baca Al-Qur’an dan tidak disiplin,” kata ustadz yang lahir di Malang dan berdomisili di Probolinggo ini.
Adapun syarat, menurutnya yang penting bisa membaca Al-Qur’an. “Baca Kitab Kuning ini sebagaimana kita belajar baca kitab-kitab lain, Cuma ini bahasa asing. Maka kemudian bagaimana memperkaya perbendaharaan kata.artinya tidak ada kesulitan,” ujarnya.
Metode Al-Ghooyah ini ada sejak tahun 2005, diajarkan di pesantren salaf, mulai terbukukan dengan baik di 2009, 2011 sampai ke seluruh Nusantara, hampir semua pesantren di Jawa Timur, Jawa Barat, Banten, DKI, dan beberapa guru dari Kalimantan juga pernah dilatih. (L/B01/P1)
Mi’raj News Agency (MINA).
Baca Juga: Delegasi Indonesia Raih Peringkat III MTQ Internasional di Malaysia