Ali Farkhan: Lima Langkah Zionis Runtuhkan Khilafah Utsmani

Ustaz (dua dari kanan) menjabarkan sejarah keruntuhan Khilafah Turki Utsmani di Masjid Nurul Jannah, Kapuk Muara, Jakarta Utara, Kamis malam, 18 Januari 2018. (Foto: Rudi Hendrik/MINA)

 

Jakarta, MINA – Dai Jama’ah Muslimin (Hizbullah) Ali Farkhan Tsani membeberkan sejarah adanya lima langkah bertahap dari Yahudi untuk meruntuhkan Khilafah Turki Utsmani.

Dalam ceramahnya di sebuah majelis taklim di Jakarta Utara yang mengutip buku “Catatan Harian Sultan Abdul Hamid II”, ia mengungkapkan upaya kaum Zionis “menembus dinding Kesultanan Turki Utsmani, agar mereka dapat memasuki Palestina.”

“Pertama, pada tahun 1892, sekelompok Yahudi Rusia mengajukan permohonan kepada Sultan Abdul Hamid II, untuk mendapatkan izin tinggal di Palestina,” kata Ali dalam Kajian Dunia Islam kepada jamaah Masjid Nurul Jannah di Kelurahan Kapuk Muara, Jakarta Utara, pada Kamis (18/1) malam.

Namun, kata redaktur senior di Kantor Berita MINA (Mi’raj News Agency) itu, Sultan tidak mengizinkan kaum Yahudi menetap di Palestina.

Langkah kedua Zionis, ujar Duta Al-Quds itu melanjutkan, ketika Theodor Hertzl yang digelari Bapak Zionis Internasional dan penggagas berdirinya Negara Yahudi, pada tahun 1896 memberanikan diri menemui langsung Sultan Abdul Hamid II untuk meminta izin mendirikan bangunan di kawasan Al-Quds (Yerusalem). Namun, kembali ditolak oleh Sultan Abdul Hamid II.

“Ketiga, mereka kemudian mengadakan Konferensi Zionis I di Basel, Swiss, pada tanggal 29-31 Agustus 1897 untuk merumuskan strategi baru menghancurkan Khilafah Utsmaniyyah,” katanya.

Adapun yang keempat, pada tahun 1902, Theodore Hertzl kembali menghadap Sultan untuk menyuap.

Sejumlah tawaran suap diajukan berupa uang sebesar 150 juta poundsterling khusus untuk pribadi Sultan, melunasi semua utang pemerintah Utsmaniyyah yang mencapai 33 juta poundsterling, dan tawaran berbiaya besar lainnya. Namun, semuanya ditolak pula.

“Kelima, inilah strategi akhir Zionis, yaitu mereka memasukkan gerakan zionismenya dengan melancarkan gerakan untuk menumbangkan Sultan. Dengan menggunakan jargon-jargon kebebasan, kemerdekaan, dan menyebut Abdul Hamid II sebagai absolut,” kata Ali.

Ia menambahkan, menurut sejawaran, salah satu upaya menumbangkan kekhilafahan Turki Utsmani adalah memasukkan nama Musthafa Kemal yang merupakan keturunan dari Yahudi etnis Dunama.

“Maka tanggal 23 Maret 1924, itu detik-detik terakhir keruntuhan sentral kepemimpinan Turki Usmaniyyah,” tambahnya.

Kesatuan Umat Islam

Keruntuhan kaum Muslimin periode terakhir pada era Turki Utsmani, sebenarnya dapat dihidupkan kembali olah umat Islam saat ini, yaitu momentum kerinduan akan persatuan dan kesatuan.

Ketika Presiden Turki Erdogan berkunjung ke situs-situs peninggalan Utsmani (Ottoman) di Sudan, menunjukkan semangat mengulang kembali kejayaan umat Islam memimpin dunia.

“Kunci utamanya tidak lain adalah kembali kepada pimpinan Allah dan Rasul-Nya, dengan menerapkan pola hidup berjamaah, dan menjauhi pertikaian,” ujarnya, mengutip Surat Ali Imran, Asyura, dan beberapa hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tentang wajibnya umat Islam berjama’ah.

Zionis Yahudi internasional memahami betapa kekuatan umat Islam adalah pada persatuan dan kesatuannya, maka mereka berusaha untuk selalu memecah belah umat Islam dengan berbagai isu.

Perang saudara di berbagai negara yang notabene berpenduduk mayoritas Muslimin, merupakan bagian dari upaya mereka memecah belah negeri-negeri Muslim, lanjutnya.

Menurut Ali Farkhan, yang juga dosen komunikasi di Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) AL-Fatah Cileungsi, Bogor, kaum Yahudi tidak akan rela terhadap umat Islam, sehingga umat Islam mengikuti pola dan sistem mereka. Ia mengutip Surat Al-Baqarah ayat 120 berkaitan dengan hal itu.

“Hidup berjama’ah, hindari perpecahan kaum Muslimin, itu kunci menuju kembali pada kejayaan umat Islam,” imbuhnya. (L/RI-1/RS2/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.