Kairo, 28 Ramadhan 1434/5 Agustus 2013 (MINA) – Koalisi partai-partai Islam pendukung Presiden terguling Muhamad Mursi mengecam keputusan otoritas Mesir pada Ahad (4/8) menolak pemenang Hadiah Nobel Perdamaian Yaman, Tawakkul Karman, masuk ke negara itu.
“Praktek-praktek seperti ini adalah pencerminan dari negara diktator militer yang pernah terjadi di era [mantan presiden terguling] Husni Mubarak,” kata Aliansi Nasional untuk Pertahanan Legitimasi (NADL) dalam sebuah pernyataan, lapor Anadolu Agency yang dipantau MINA (Mi’raj News Agency).
Sebelumnya, Karman ditolak masuk ke Mesir setelah kedatangannya ke Bandara Internasional Kairo. Pihak berwenang Mesir memegang paspornya selama dua jam sebelum mengatakan bahwa dia ada dalam daftar hitam, katanya.
Juru Bicara Ikhwanul Muslimin Ahmed Arif mengecam tindakan aparat keamanan tersebut. “Inilah bukti kebebasan dikekang oleh penguasa kudeta militer,” katanya.
Baca Juga: Pasukan Israel Maju Lebih Jauh ke Suriah Selatan
Karman, seorang jurnalis, aktivis hak asasi manusia dan politisi, telah menjadi kritikus vokal penggulingan presiden Muhamad Mursi pada awal bulan lalu.
Karman, menurut laporan berencana ikut bergabung dengan para demonstran damai pendukung Mursi di Rab’ah Adawiyah Square yang kini sudah memasuki minggu ke lima protes mereka terhadap kudeta militer dan pemerintahan sementara.
Pada tahun 2011, Karman, 34, menjadi termuda-everNobel Nobel Perdamaian dan wanita Muslim kedua yang memenangkan penghargaan bergengsi.
Selain aktivis, Tawakkul juga dikenal sebagai wartawati yang pada 2005 mendirikan wadah Wanita Wartawan Tanpa Batas Negara untuk menyuarakan kebebasan pers.(T/P03/R2).
Baca Juga: Warga Palestina Bebas setelah 42 Tahun Mendekam di Penjara Suriah
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Faksi-Faksi Palestina di Suriah Bentuk Badan Aksi Nasional Bersama