Amnesty: Pasukan Myanmar Gunakan Taktik Bumi Hangus di Rakhine

Desa yang terbakar habis di kota Maungdaw, Negara Bagian Rakhine. (Foto: Arakan Times)

London, MINA – Lembaga HAM Amnesty International menilai, pasukan keamanan dan gerombolan main hakim sendiri di melaksanakan kebijakan bumi hangus di wilayah mayoritas Muslim di Negara Bagian Rakhine, Myanmar.

Menurut lembaga yang bermarkas di London, Inggris itu, pasukan kemanan membakar seluruh desa Rohingya dan menembaki orang-orang saat mencoba melarikan diri dari serangan militer. Demikian Al Jazeera memberitakan yang dikutip MINA.

Menurut data satelit baru, data deteksi kebakaran, foto dan video dari lapangan, kelompok HAM tersebut mengatakan pada Kamis (14/9), setidaknya ada 80 kebakaran berskala besar di daerah-daerah pemukiman sipil di negara bagian Rakhine utara sejak 25 Agustus.

“Buktinya tidak terbantahkan – pasukan keamanan Myanmar sedang menetapkan Negara Bagian Rakhine utara terbakar dalam sebuah operasi yang ditargetkan untuk mendorong orang-orang Rohingya keluar dari Myanmar,” kata Tirana Hassan, Direktur Penanggulangan Krisis Amnesty International.

Sedikitnya 370.000 orang Rohingya diperkirakan telah melarikan diri dari Negara Bagian Rakhine ke negara tetangga Bangladesh setelah pejuang dari Tentara Keselamatan Rohingya Arakan (ARSA) menyerang pos polisi, yang memicu serangan militer besar-besaran.

Pemerintah Myanmar pada hari Rabu mengakui bahwa hampir 40 persen desa Rohingya dijadikan sasaran tentara dalam apa yang disebut “operasi pembersihan”. Menurut pemerintah, sebanyak 176 dari 471 desa kosong dari penghuni, dan 34 desa lainnya sebagian ditinggalkan.

Warga Rohingya bersaksi bahwa tentara, polisi dan kelompok ekstremis Buddha kadang-kadang mengepung sebuah desa. Mereka menembak ke udara sebelum memasuki desa, tapi seringkali saat menyerang mereka mulai menembaki ke segala arah.

“Ketika militer datang, mereka mulai menembaki orang-orang yang sangat ketakutan dan mulai berlari, saya melihat militer menembak banyak orang dan membunuh dua anak laki-laki. Mereka menggunakan senjata untuk membakar rumah kami,” kata seorang warga Rohingya yang selamat.

“Dulu ada 900 rumah di desa kami, sekarang hanya 80 yang tersisa. Tak ada yang tersisa untuk mengubur mayat,” tambahnya.

Amnesty mengatakan, pembakaran desa di Rakhine pun terkadang bisa dilihat dari Bangladesh di seberang perbatasan. Mereka yang ada di sisi Bangladesh bisa melihat api besar dan asap tebal yang menjulang di kejauhan. (T/RI-1/R01)

 

Mi’raj News Agency (MINA)