Analisis: Israel Tidak Siap Hadapi Gempa Besar

Tel Aviv, MINA – Para analis telah memperingatkan bahwa Israel tidak siap menghadapi gempa besar berkekuatan lebih dari 6 skala Richter yang dapat terjadi kapan saja.

Pendudukan Israel terletak di sepanjang garis patahan Suriah-Afrika, yang membentang di sepanjang perbatasan antara Israel dan Yordania, bagian dari Great Rift Valley, yang meliputi wilayah dari Suriah utara hingga Mozambik.

Terbukti, dua gempa bumi yang mengguncang Israel dalam waktu kurang dari 24 jam pada Sabtu-Ahad (22-23/1), telah membuat pemerintah dan warga khawatir.

Gempa berkekuatan 3,7 SR terjadi pada pukul 11:36 Sabtu malam, dengan pusat gempa sekitar 19 km timur laut Beit She’an, Survei Geologi Israel melaporkan.

Gempa susulan terjadi pada Ahad, dengan kekuatan 3,5 melanda dekat Tiberias.

Jerusalem Post menyebutkan, meskipun relatif kecil, warga dievakuasi dari bangunan di Beit She’an, Afula dan kota-kota lain yang dekat dengan pusat gempa.

Gempa besar pernah melanda Israel terjadi pada tahun 1927 di dekat Yerikho. Berkekuatan 6,2 skala Richter, gempa tersebut menewaskan hampir 500 orang dan melukai 700 lainnya.

Gempa bumi besar lainnya, pada 1 Januari 1937, berkekuatan 6,5 skala Richter dan melanda Galilea dekat Safed. Ini menewaskan sekitar 6.000 hingga 7.000 orang karena tanah longsor berikutnya.

Pemerintah Israel telah mendanai proyek kesiapsiagaan gempa, dan Komando Depan Rumah telah merilis aplikasi untuk kesiapsiagaan gempa dan telah melatih lebih dari 74.000 pelajar untuk bertindak sebagai respon jika terjadi gempa, sampai petugas penyelamat profesional tiba.

Pada tahun 2005, Israel meloloskan rencana ambisius nasional TAMA 38, yang menjanjikan penguatan skala besar bangunan tua di seluruh negeri.

Rencana tersebut bertujuan untuk memperkuat lebih dari 150.000 bangunan tempat tinggal. Namun dalam 16 tahun sejak itu, hanya beberapa ribu bangunan yang telah diperkuat. Itupun kebanyakan dari mereka berada di Israel tengah, bukan di kota-kota di pinggiran seperti Beit She’an, Tiberias atau Afula, yang lebih dekat ke Great Rift Valley dan kemungkinan besar akan mengalami kerusakan paling parah akibat gempa bumi besar.

Ribuan orang Israel di sepanjang celah itu tinggal di gedung-gedung yang kemungkinan akan runtuh atau rusak parah saat gempa besar melanda.

Brigjen (purn.) Zeev Zuk-Ram, mantan Kepala Otoritas Darurat Nasional (RAHEL), mengatakan kepada The Jerusalem Post dalam sebuah wawancara baru-baru ini. “Kita punya pengetahuan yang cukup, tapi kita tidak bisa mengatakan bahwa kita siap secara operasional. Kesiapsiagaan bukan hanya tentang penguatan gedung dan rumah sakit, tetapi populasi harus siap ketika itu terjadi,” katanya .

Pemerintah telah mengalokasikan 5 miliar shekel untuk memperkuat bangunan untuk gempa. Namun hanya 7 juta shekel yang benar-benar ditransfer, Kementerian Konstruksi dan Perumahan melaporkan pada Agustus 2020.

Di Israel saat ini ada sekitar 80.000 unit rumah yang termasuk ke dalam bahaya besar runtuh jika terjadi gempa bumi. (T/RS2/RI-1)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.