Anies Baswedan: BPRD Jadi Ujung Tombak Interaksi Pelayanan dengan Masyarakat

Jakarta, MINA – Gubernur Jakarta dalam sambutannya mengatakan Badan Pajak dan Retribusi Daerah () yang bekerja di aspek pelayanan pajak dan retribusi menjadi ujung tombak interaksi dengan masyarakat, sehingga memiliki dampak langsung terhadap kepuasan masyarakat.

Hal itu disampampaikannya saat memberikan arahan dan motivasi kerja kepada BPRD DKI Jakarta dalam rangka pencapaian target pada 2019 dan peluncuran logo baru BPRD Jakarta, Rabu (23/1) di Gedung Abdul Muis, Jakarta Pusat.

Anies menyadari persis bahwa Jakarta memiliki masyarakat dengan tingkat harapan yang relatif tinggi. Dan harapan yang tinggi menuntut tingkat kepuasan yang juga tinggi, termasuk dalam hal pelayanan pajak dan retribusi.

“Kualitas pelayanan tidak ditentukan oleh apakah Anda puas. Karena kalau kita mendengar kata puas maka belum tentu puas mencerminkan kualitas. Itu semata-mata referensi atas ekspektasi. Kalau tingkat harapannya rendah maka tingkat kepuasannya rendah,” katanya.

Untuk bisa mencapai kualitas pelayanan yang tinggi, Anies menekankan, BPRD harus memiliki mindset memecahkan solusi dan menjawab persoalan yang dihadapi masyarakat ketimbang hanya sekedar menjawab pertanyaan dengan baik. Bahkan lebih jauh lagi pelayanan harus melampaui apa yang masyarakat harapkan.

“Ketika orang datang ke kantor pajak tujuan mereka itu untuk menyelesaikan masalah. Jangan sampai orang datang ke kantor pajak pulang-pulang, aduh pusing, datang ke kantor pajak ampun. Tidak boleh,” ujar Mantan Rektor Universitas Paramadina

“Yang terjadi justru mereka bersyukur betul ya kantor pajak di Jakarta orangnya keren-keren, pelayanannya bagus-bagus, datang mendapatkan apa yang mereka harapkan,” lanjutnya.

Selain dari aspek pelayanan, Anies juga menggarisbawahi, BPRD harus mampu berpikir breakthrought thinking atau memiliki terobosan-terobosan baru dan berpikir out of the box atau berpikir yang tak terpikirkan.

Mantan Menteri Pendidikan itu mengatakan permasalahan dalam sebuah organisasi adalah ketika mereka sudah berada dalam ekosistem terlalu lama, mereka terbiasa dengan semua praktik dan lupa bertanya mengapa praktik-praktik itu dilakukan.

“Jadi untuk semuanya beranilah melihat dengan kaca mata yang baru. Bagaimana kita bisa memperluas jangkauan. Bagaimana mempercepat transaksi, bagaimana menambah cakupan. Itu semua mengharuskan kita berpikir breakthrough thinking, berikir terobosan, berpikir dengan menerobos,” katanya.

Anies juga mengingatkan di era disrupsi ini orang-orang yang tidak bisa berpikir terobosan secara kreatif dan inovatif, pekerjaannya akan mudah tergantikan oleh mesin.

“Pegawai macam apa yang bisa digantikan dengan mesin? Mereka itu yang kerjanya monoton, yang kerjanya mekanistik. Tapi Yang kreatif, yang inovatif, yang punya terobosan, mesin apapun tidak akan pernah bisa menggantikanya,” jelasnya.

Orang nomor satu di DKI Jakarta itu mengajak BPRD untuk melihat kembali semua mekanisme praktik-praktik kerja yang pernah dilakukan dan jangan terjebak rutinitas. Karena menurutnya apa yang telah dikerjakan belum tentu yang terbaik untuk hari ini dan masa depan.

“Saya mengajak Bapak Ibu sekalian untuk bekerja melampaui rutinitas, melampaui kerja mekanistis, dan lakukan terobosan-terobosan. Selalu awali pekerjaan dengan bertanya ‘why’. Kenapa prosedur ini ada, kenapa ini harus dilakukan. Hal-hal yang tidak kita tanyakan itulah yang harus kita munculkan,” ujarnya (L/Mufi/RS2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.