Anies Ingin Pembangunan Infrastruktur yang Ramah Manusia

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan usai membuka acara Indonesia Content Creator Summit (ICCS) 2019 di Taman Impian Jaya Ancol, Jumat (29/3) malam. (MINA/Rendy Setiawan)

Jakarta, MINA – Gubernur DKI Jakarta mengatakan, penting mempertimbangkan yang ramah terhadap aktifitas keseharian manusia.

Hal itu dikatakannya saat membuka Indonesia Content Creator Summit (ICCS) 2019 yang pertama dan dihadiri oleh ratusan milenial kreatif di Dunia Fantasi (Dufan) Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta Utara, Jumat (29/3) malam.

“Alat transportasi yang dimiliki semua orang adalah kaki dan yang paling jarang kita pakai di Jakarta adalah kaki. Karena itu sekarang kita mencoba untuk menyeimbangkan pembangunan infrastruktur dan pembangunan manusia,” katanya.

Ia mengungkapkan, pihaknya berencana akan mengubah beberapa lokasi straregis di Jakarta, yang awalnya tidak ramah bagi pejalan kaki, menjadi lokasi yang ramah bagi pejalan kaki.

“Trotoar di Sudirman-Thamrin trotoarnya dibangun lebih lebar, untuk apa? Pejalan kaki. Jalan jalan yang semula dipakai untuk kendaraan bermotor sekarang diubah menjadi trotoar untuk pejalan kaki,” katanya.

Anies mengatakan, semua itu masih dalam proses pembangunan, sehingga dalam beberapa waktu ke depan Jakarta akan lebih ramah untuk pejalan kaki.

“Sekarang masih dalam proses. Kemang akan diubah, itu akan dibuat trotoar yang lebar seperti Sudirman-Thamrin, begitu juga Wahid Hasyim, begitu juga di Cikini sampai Proklamasi,” ujarnya.

Dalam catatan Anies, penduduk Jakarta ada sekitar 10 juta jiwa dan total lalu lintas di Jakarta ada sekitar 47 juta per hari yang berlalu-lalang di jalanan ibukota.

“Ini jadi tantangan tersendiri di Jakarta. Jumlah motor 13 juta, penduduknya 10 juta. Jadi kita punya lebih banyak motor daripada penduduk. Mobil kira-kira tiga juta. Tidak kurang dari 16 juta angka kendaraan yang bergerak. Fantastis,” katanya.

Selain melebarkan ruas trotoar, Anies juga akan mengubah wajah 40 taman di Jakarta melalui pendekatan yang berbeda sehingga menjadi taman yang ramah keluarga.

“Kita punya taman, Bahasa Indonesia namanya taman, Bahasa Inggris ada dua, satu park, satu garden. Mayoritas taman yang kita miliki adalah pendekatan garden,” katanya.

Menurut Anies, kedua istilah itu memiliki makna yang saling berseberangan. Garden adalah taman yang hanya bisa ditonton, rumputnya tidak boleh diinjak.

“Kenapa rumputnya nggak boleh diinjak? It’s a garden. Tapi kalau park, rumputnya ya diinjak, untuk bermain,” kata Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) itu.

“Sementara kita kalau melihat ada orang injak rumput, difoto, diviralkan lalu dibilang melanggar,” imbuhnya.

Ke depan, kata orang nomor satu DKI itu, konsep taman yang akan dibangun adalah melalui pendekatan park.

“Kita akan mengembangkan konsep park. Park adalah ruang interaksi, garden adalah taman untuk ditonton. Yang akan dibangun di Jakarta bukan garden, yang akan dibangun di Jakarta adalah park. Jadi ruang interaksi,” katanya. (L/R06/RS3)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.