Baghdad, 1 Rajab 1438/29 Maret 2017 (MINA) – Pasukan koalisi pimpinan Amerika Serikat (AS) mengakui perannya dalam banyaknya kematian warga sipil selama serangan udara baru-baru ini di Mosul Barat, Irak.
“Kita mungkin memiliki peran pada mereka yang menjadi korban. Jika orang-orang tak berdosa tewas, itu adalah kecelakaan yang tidak disengaja dalam perang,” kata komandan AS Jenderal Stephen Townsend yang memerintah Pasukan Gabungan Operasi Inherent Resolve, kepada para wartawan melalui telepon dari Baghdad, Selasa (28/3).
Menurut Amesty International, serangan udara koalisi AS pada 17 Maret 2017 di Mosul Barat menewaskan hingga 150 orang. Sementara pertahanan sipil Irak melaporkan angka korban yang jauh lebih banyak.
Baca Juga: Pasukan Israel Maju Lebih Jauh ke Suriah Selatan
Townsend menambahkan bahwa meningkatnya korban sipil di Mosul “cukup diprediksi”, mengingat lingkungan perkotaan yang padat penduduk, tempat militan ISIS melawan pasukan pemerintah Irak.
Townsend juga mengatakan ada kemungkinan kerusakan yang luas termasuk disebabkan oleh bom truk ISIS.
Namun, Amnesty pada Selasa kemarin menuduh pasukan koalisi gagal melindungi warga sipil di Mosul.
Kelompok hak asasi itu mengatakan bahwa bukti yang dikumpulkan dari lapangan menunjukkan serangan udara koalisi AS menghancurkan seluruh rumah dengan semua keluarga di dalamnya.
Baca Juga: Warga Palestina Bebas setelah 42 Tahun Mendekam di Penjara Suriah
Pasukan Irak telah terlibat dalam pertempuran dari rumah ke rumah untuk mengusir militan ISIS dari benteng terakhir mereka di Mosul Barat. Peperangan terjadi di jalan-jalan sempit dan bangunan di bagian distrik Kota Tua.
Kemajuan pasukan Irak didukung dengan serangan udara koalisi.
AS sedang melakukan penyelidikan atas serangan mematikan pasukan udaranya.
PBB memperkirakan sekitar 400.000 orang masih terjebak di lingkungan yang dikuasai ISIS di Mosul Barat. (T/RI-1/R01)
Baca Juga: Faksi-Faksi Palestina di Suriah Bentuk Badan Aksi Nasional Bersama
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)