London, MINA – Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Lloyd Austin menegaskan negaranya akan mempertahankan dukungan militer untuk Israel, menepis kekhawatiran atas “garis merah,” meskipun memperingatkan perang skala penuh antara Israel dan Hezbollah akan menimbulkan konsekuensi yang menghancurkan.
“Kami telah berkomitmen sejak awal untuk membantu Israel, menyediakan hal-hal yang diperlukan bagi mereka untuk dapat melindungi wilayah kedaulatan mereka dan itu tidak berubah dan tidak akan berubah di masa mendatang,” kata Austin setelah pertemuan di London dengan rekan-rekannya dari Inggris dan Australia, demikian dikutip dari Middle East Monitor, Sabtu (28/9).
Anadolu Agency sebelumnya melaporkan, Israel mengumumkan akan menerima paket bantuan militer dari AS senilai total $8,7 miliar.
Paket bantuan tersebut bertepatan dengan hari keempat berturut-turut serangan besar-besaran Israel terhadap Lebanon, yang digambarkan sebagai yang terbesar dalam hampir 20 tahun.
Baca Juga: Ratu Elizabeth II Yakin Setiap Warga Israel adalah Teroris
Austin mengakui meningkatnya risiko perang habis-habisan antara Israel dan Hezbollah, tetapi menekankan bahwa penyelesaian diplomatik masih mungkin dilakukan.
Meskipun jajak pendapat menunjukkan lebih dari separuh warga Amerika percaya bantuan militer ke Israel harus dibatasi, Washington terus memberikan bantuan militer yang signifikan ke Tel Aviv.
“Kita sekarang menghadapi risiko perang habis-habisan. Perang skala penuh lainnya [bisa] menghancurkan Israel dan Lebanon,” Austin memperingatkan.
“Jadi, saya tegaskan, Israel dan Lebanon dapat memilih jalan yang berbeda, meskipun terjadi eskalasi tajam dalam beberapa hari terakhir, solusi diplomatik masih dapat dilakukan,” ujarnya.
Baca Juga: AS Pertimbangkan Hapus HTS dari Daftar Teroris
Israel menolak seruan internasional untuk gencatan senjata dengan Hezbollah dan melanjutkan serangan militernya, yang telah menewaskan lebih dari 700 orang di Lebanon dan meningkatkan kekhawatiran akan konflik regional yang lebih luas. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Mahasiswa Yale Ukir Sejarah: Referendum Divestasi ke Israel Disahkan