AS Rilis Rencana Perdamaian Israel-Palestina

Manama, MINA – Amerika Serikat () merilis rencana perdamaian Israel-Palestina atau disebut “” (Deal of the century) pada Selasa (25/6), dalam konferensi ekonomi “Peace for Prosperity” yang dihelat di Manama, Bahrain.

“Kesepakatan Abad Ini” adalah istilah yang diucapkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump terkait rancangan perdamaian Timur Tengah. Rancangan itu disebut AS bertujuan mendamaikan konflik berkepanjangan antara Israel dan Palestina.

Penasihat senior Gedung Putih Jared Kushner, yang memimpin konferensi tersebut, berusaha menarik negara-negara donor serta investor untuk menyumbangkan dana sebesar 50 miliar dolar AS.

AS memang mengundang para investor di Asia, Timur Tengah, dan Eropa untuk menghadiri konferensi yang berlangsung selama dua hari pada Selasa dan Rabu (25-26/6) tersebut.

Pejabat-pejabat sejumlah negara, termasuk Arab Saudi, Maroko, Mesir, dan Yordania dilaporkan turut menghadiri acara tersebut. Mesir dan Maroko telah mengonfirmasi kehadiran delegasinya di konferensi Bahrain.

Rencananya, jika dana 50 miliar dolar yang ditargetkan AS terkumpul, sekitar 28 miliar dolar di antaranya akan dialokasikan untuk wilayah Palestina, yakni Tepi Barat dan Jalur Gaza, sementara sisanya akan digelontorkan untuk Yordania (7,5 miliar dolar), Mesir (9 miliar dolar), dan Lebanon (6 miliar dolar).

Dana sebesar 28 miliar dolar untuk Palestina rencananya digunakan untuk membiayai 179 proyek infrastruktur. Salah satunya adalah pembangunan jalur transportasi yang akan menghubungkan Tepi Barat dan Jalur Gaza.

Kushner, yang merupakan menantu dari Presiden AS Donald Trump ini meyakini konferensi ekonomi yang berlangsung dua hari di Manama akan berhasil meski ada boikot dari kepemimpinan Palestina.

“Kami telah bekerja dengan sangat hati-hati pada proposal yang sangat rinci untuk apa yang kami pikir dapat membawa konflik ini, yang telah macet, maju,” ucapnya saat diwawancara Aljazeera.

“Kami berharap bahwa kami akan dapat segera menyelesaikannya dan mudah-mudahan pihak-pihak akan bertanggung jawab, mereka akan terlibat di dalamnya dan mereka akan mencoba untuk bergerak maju,” imbuhnya.

Dia menegaskan bahwa jika memang ada kesepakatan antara Israel-Palestina, hal itu tak akan sejalan dengan inisiatif perdamaian Arab. Itu akan berada di suatu tempat antara inisiatif perdamaian Arab dan antara posisi Israel.

 

Kuwait, Iran dan Lebanon menolak

Kendati demikian, tak sedikit pula negara-negara Arab yang menegaskan dukungannya terhadap Palestina dan menentang rencana ekonomi AS. Kuwait, misalnya, telah menyatakan memboikot konferensi di Bahrain.

“Kuwait adalah pendukung Palestina yang diduduki dan menolak normalisasi hubungan dengan Israel,” ujar Ketua Parlemen Kuwait Marzouq Al-Ghanim, sebagaimana dilaporkan Middle East Monitor.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Abbas Mousavi juga mengecam perhelatan konferensi ekonomi di Bahrain. Ia menilai konferensi tersebut bertujuan menjual Palestina. Konferensi dan penjualan Palestina ini tidak akan mengarah ke mana pun.

Hal senada juga dikemukakan oleh Ketua parlemen Lebanon Nabih Berri. Ia menegaskan negaranya tidak akan menghadiri konferensi ekonomi di Bahrain. Hal itu merupakan bentuk solidaritas negaranya terhadap Palestina.

“Mereka yang berpikir bahwa melambaikan miliaran dolar dapat memikat Lebanon, yang berada di bawah tekanan krisis ekonomi yang mencekik, untuk menyerah atau menukar prinsip-prinsipnya, keliru,” kata Berri.

Partai-partai politik Mesir yang berhaluan kiri dan liberal mengecam konferensi ekonomi yang akan digelar AS di Bahrain.

Menurut mereka, kegiatan itu bertujuan melegitimasi pendudukan tanah Arab. Mereka mengatakan, setiap partisipasi negara Arab akan melampaui batas normalisasi dengan Israel. (T/R06/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)