Asosiasi Bisnis Turki: Sudan Membutuhkan Investasi 500 Miliar Dolar AS

Presiden YENIAD, Harun Macit. (Foto: AA)

Ankara, MINA – Presiden Direktur Asosiasi Bisnis , Harun Macit mengatakan membutuhkan hampir 500 miliar dolar AS di berbagai sektor.

Harun Macit yang mewakili A New World Industrialist and Busniessmen’s Association (YENIAD) menyampaikan, bahwa kelemahan utama di Sudan adalah teknologi produksi yang tidak memadai.

“Karena kurangnya teknologi pertambangan yang tepat, mereka (orang Sudan) memiliki keterbatasan. Di bawah permukaan, sejumlah besar logam mulia sedang menunggu untuk dieksplorasi,” terangnya. IINA melaporkan yang dikutip MINA, Selasa (6/3).

Dia menambahkan, bahwa Sudan termasuk di antara tiga negara teratas di Afrika yang memilik tambang emas dan tembaga dan pebisnis Turki dapat memainkan peran penting dalam industri pertambangan negara tersebut.

Macit mendesak pengusaha Turki untuk membangun sebuah sistem agar memproses logam tersebut dan mengintegrasikannya dengan pasar pertukaran emas Turki dan menyediakan keuangan luar negeri untuk Sudan.

Dia melanjutkan, lima konsorsium ditetapkan dengan pebisnis Sudan dan Turki di bidang konstruksi, energi, pertambangan, pertanian dan mesin selama perjalanan bisnis yang diselenggarakan oleh YENIAD pada bulan Februari lalu.

“Perjanjian awal senilai 1,2 miliar dolar AS ditandatangai antara pengusaha Turki dan pejabat Kementerian Sudan bersama dengan perwakilan sektor swasta selama kunjungan tersebut,” kata Macit

Dia mencatat bahwa konsorsium konstruksi meliputi pembangunan jalan, jembatan, hotel, sekolah dan pekerjaan infrastruktur.

“Kami juga berencana mendirikan pabrik di Turki untuk memproses permen karet Arab, dan kami akan menjualnya ke seluruh dunia dari Turki,” imbuhnya.

Pada tahun 2014, Turki dan Sudan menandatangani sebuah kesepakatan untuk merasionalisasi sumber daya dan potensi pertanian dan berkontribusi pada tujuan pangan yang berkelanjutan.

Berdasarkan kesepakatan tersebut, sekitar 780.000 hektar di lima wilayah dialokasikan untuk investasi oleh pengusaha Turki.

Dia menambahkan bahwa perundingan sedang dilakukan untuk membangun laboratorium ternak berdasarkan standar internasional di Sudan.

“Kami telah membuat beberapa kesepakatan mengenai peternakan karena Sudan adalah salah satu negara pengembangan hewan terbesar di Afrika, langkah tersebut akan memungkinkan Sudan untuk mengimpor ke seluruh dunia,” ujar Macit.

Pada bulan Februari, perjanjian senilai 50 juta dolar AS di bidang air dan energi ditandatangani, termasuk pembangunan bendungan di Sungai Nil. “Kami juga menawarkan kerja sama antar pejabat Sudan dalam pendidikan perangkat lunak dengan menyediakan sistem turnkey untuk sekolah di negeri ini.”

Dia mengatakan, asosiasi tersebut juga berencana membuat perjanjian bisnis serupa di negara-negara Malaysia, Maroko, Pakistan, Yordania dan Amerika Selatan, tahun ini.

Kantor berita Turki Anadolu Agency melaporkan, Investasi dapat ditingkatkan, jika hambatan birokrasi dihapus, dan infrastruktur keungan meningkat di Sudan.

“Kami yakin akan melampaui target yang ditetapkan oleh presiden kedua negara,” pungkasnya.

Target volume perdagangan bilateral sebesar 10 miliar dolar AS diumumkan oleh Presiden Recep Tayyip Erdogan dalam kunjungannya ke Sudan pada bulan Desember tahun lalu.

Ekspor Turki ke Sudan mencapai 395,2 juta dolar AS pada 2017, sementara impor dari negara tersebut mencaai 86,2 juta dolar AS. (R/R07/B05)

Mi’raj News Agency (MINA)