Avid Sholihin: Kapitalisme Tingkatkan Kemiskinan dan Kesenjangan

Jakarta, MINA – Sekretaris Umum Avid Sholihin mengatakan, telah berhasil memacu peningkatan produk domestik bruto dunia, tapi menimbulkan kerusakan besar dalam tatanan kehidupan seperti kemiskinan dan kesenjangan semakin luas.

“Jadi kita membutuhkan sistem ekonomi alternatif yaitu Ekonomi Islam atau Ekonomi Manusiawi,” kata Avid keynote speaker pada Forum Ekonomi Manusiawi bertema “Komparasi Negeri Jiran, Alternatif Tata Kelola Ekonomi Inklusif, Zakat dan Wakaf” di Masjid Al-Furqon, Dewan Dakwah, Jakarta Pusat, Kamis (27/2).

Sementara Guru Besar Ekonomi Universiti Teknologi MARA, Malaysia, Prof Saadiah binti Mohamad mengatakan sungguh prihatin kemiskinan dan kesenjangan di dunia termasuk Indonesia.

“Agak sulit rasanya kita menerima data statistik tapi realitanya menunjukkan masih banyak kemiskinan yang terjadi,” imbuhnya.

Chairman Wadah Selangor, Tuan Hj Nik Mohd Yusuf yang akrab disapa Pak Yusuf, mengatakan, arah forum ekonomi manusiawi bukan urusan harta, tapi membangun manusia.

“Krisis ekonomi justru terjadi karena permasalahan krisis moral manusianya,” tutur Yusuf.

Ia menyarankan gerakan reformasi tabiat diri, institusi, dan pihak berkuasa yang menjadi titik permulaan perubahan.

Sementara itu Komisioner BAZNAS Nana Mintarti mempresentasikan capaian BAZNAS dalam kontribusi penerapan ekonomi manusia, dengan program-program pemberdayaannya.

Terakhir Rektor STEI SEBI Sigit Pramono, menyampaikan perlunya membangun ekonomi dengan visi Islam dan instrumen ZISWAF.

Forum hasil kerja sama Laznah Dewan Dakwah, POROZ, dan Wadah Selangor, juga menghadirkan pembicara Hendry Tanjung (Wadir Pasca sarjana UIKA).

Acara diikuti ratusan peserta dari kalangan mahasiswa, pengurus ormas, wartawan, dan pimpinan lembaga zakat berbasis ormas yang tergabung dalam Perkumpulan Organisasi Pengelola Zakat (POROZ). (L/R4/P1)

Mi’raj News Ageny (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.