BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK MASUK KE GAZA

-powerplant-AFP-Moh-ABed

Pemandangan  satu-satunya pembangkit listrik di Nusairat Jalur Gaza diambil pada 26 Maret 2012 (AFP/ Mohammed Abed)
Pemandangan satu-satunya pembangkit listrik di Nusairat Jalur Gaza diambil pada
26 Maret 2012 (AFP/ Mohammed Abed)

Gaza, 27 Sya’ban 1435/25 Juni 2014 (MINA) – Bahan bakar untuk pembangkit listrik masuk ke Jalur Gaza Rabu (25/6), menyusul pemadaman total sehari sebelumnya  disebabkan tiga generator utama kehabisan bahan bakar.

Wakil Otoritas Energi di Gaza, Sheikh Fathi Khalil, mengatakan bahan bakar akan masuk melalui perbatasan Karim Abu Salim, agar jadwal delapan jam listrik menyala perhari bisa kembali berlanjut. “Bahan bakar tesebut akan datang melalui Otoritas Energi di Ramallah,” katanya.

Kondisi Jalur Gaza semakin memprihatinkan, blokade yang diperketat satu tahun terakhir ini membuat 1,8 juta warga di dalamnya hidup dengan keterbatasan, baik dari darat, laut apalagi udara. Pemerintah setempat sempat memberlakukan 4-6 jam sehari dengan listrik, sedang sisanya tanpa listrik.

Warga juga tidak bisa keluar Gaza melalui . Sejak presiden Mesir Muhamad Mursi digulingkan kelompok  militer pada Juli 2013, karena perbatasan yang menghubungkan Gaza-Mesiritu ditutup total.  Sedang ratusan terowongan dihancurkan, padahal semasa Mursi memimpin, Rafah dibuka 7 hari seminggu dari jam 8 pagi sampai 5 sore.

Koresponden MINA di Gaza melaporkan, satu tahun terakhir ini merupakan blokade terberat dalam tujuh tahun terakhir. Perlintasan Rafah dibuka tidak menentu, sementara itu urat nadi kehidupan rakyat Gaza dengan dunia luar dihancurkan pemerintah Mesir terbaru.

Sedangkan pemerintahan bersama hasil rekonsiliasi Palestina telah berjalan selama tiga minggu namun belum ada perubahan berarti terhadap kehidupan rakyat Gaza. Seratus ribu staf pemerintahan belum menerima gaji mereka, bahkan Israel menyerukan penolakan bantuan dana dari Qatar sejumlah 20 juta dolar AS dan tidak ada reaksi dari Presiden Palestina Mahmoud Abbas ataupun Perdana Menteri Rami Hamdallah.

Azam Al Ahmad, salah satu juru runding Fatah yang menjanjikan Rafah akan dibuka 24 jam setelah rekonsiliasi ternyata belum terealisasi hingga saat ini.

Sementara, solar pembangkit listrik sumbangan dari pemerintah Qatar telah habis sehingga pembangkit listrik tidak bisa beroperasi dan Gaza kembali dalam keadan padam.(L/K01/K02/K03/P03/R2/EO2)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

 

 

Wartawan: Rudi Hendrik

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0