Bekasi, MINA – Bahron Ansori, dosen jurnalistik STAI Al-Fatah Bogor mengatakan, generasi muda harus mampu menangkal ghazwul fikri (serangan pemikiran) dari Barat.
Ia mengatakan pada Pekan Al-Quran Camp di Ma’had Tahfidzul Quran Daarut Tarbiyah Indonesia (DTI) Margahayu, Bekasi Timur, Senin (1/7).
Ia menekankan kepada generasi muda dari kalangan santri tahfidz, di samping membaca dan menghafal Al-Quran, juga mengaplikasikan nilai-nilai Al-Quran sebagai pemersatu umat.
“Al-Quran mengajarkan nilai-nilai persatuan umat, ini dapat menangkal serangan ghazwul fikri yang cenderung menimbulkan perpecahan di kalangan umat Islam,” ujar Bahron, yang juga wartawan MINA.
Baca Juga: Wamenag Sampaikan Komitmen Tingkatkan Kesejahteraan Guru dan Perbaiki Infrastruktur Pendidikan
Menurutnya, ghazwul fikri terutama pada era media sosial saat ini cenderung menyerang umat Islam supaya berselisih.
“Intinya agar bagaimana jangan sampai umat Islam bersatu,” lanjutnya, di hadapan sekitar 50 santri penghafal Al-Quran.
“Kalian para generasi Qurani, harus terus mempersiapkan diri menjadi pemimpin-pemimpin masa depan dengan bekal Al-Quran,” imbuhnya.
Menurut Ali Farkhan Tsani, Pembina Ma’had Tahfidz Daarut Tarbiyah Indonesia (DTI) Bekasi, tahun ini pesantrennya menerima sekitar 50 santri baru para calon penghafal Al-Quran. Sebagian besar diterima melalui jalur beasiswa yatim/dhuafa dan prestasi.
Baca Juga: Hari Guru, Kemenag Upayakan Sertifikasi Guru Tuntas dalam Dua Tahun
Menggunakan konsep Quranic Leaders Factory, lanjutnya, lulusan Ma’had Tahfidz DTI ditargetkan menjadi hafidz Quran yang dilengkapi dengan kompetensi leadership, entrepreneurship, jurnalistik, public speaking, dan kemampuan dakwah di media sosial. (L/RS2/RI-1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Program 100 Hari Kerja, Menteri Abdul Mu’ti Prioritaskan Kenaikan Gaji, Kesejahteraan Guru