Bangladesh Kembali Relokasi Pengungsi Rohingya ke Pulau Terpencil

Dhaka, , MINA – Bangladesh pada hari Senin (28/12) mulai merelokasi gelombang dua ke pulau terpencil, di tengah kekhawatiran dari kelompok hak asasi manusia.

Berbicara kepada Anadolu Agency melalui telepon, seorang pengungsi Rohingya yang akan direlokasi mengatakan 15 bus yang membawa hampir 1.000 pengungsi memulai perjalanan mereka ke pelabuhan selatan Bangladesh City of Chottogram dari Cox’s Bazar pada Senin siang.

“Kami berharap Bangladesh akan menjaga komitmennya kepada kami untuk memberikan peluang kehidupan yang lebih baik dengan kebebasan bergerak, cakupan pendapatan, perawatan kesehatan dan pendidikan,” katanya, memilih untuk tidak disebutkan namanya.

Seperti relokasi sebelumnya, anggota kelompok ke-2 juga akan menginap di Chottogram dan berlayar ke pulau Bhasan Char melalui jalur laut dengan kapal angkatan laut pada Selasa (29/12) pagi.

“Kami sepenuhnya siap menerima pendatang baru di Bhasan Char. Kami berharap Selasa malam mereka akan sampai,” kata Komodor Abdullah Al Mamun Chowdhury, Direktur Proyek Rehabilitasi Kamp Bhasan Char Rohingya, kepada Anadolu Agency.

Sejalan dengan rencana pemerintah, katanya, pengaturan telah dibuat untuk merelokasi 100.000 pengungsi Rohingya di pulau Bhasan Char.

“Pada gelombang pertama kami menerima 1.642 orang Rohingya dan kami telah menempatkan mereka di sana, dan sekarang kami menunggu untuk menerima gelombang lain yang kurang dari 1.000,” ujarnya.

Kondisi  di tenda darurat yang penuh sesak di tempat penampungan selama ini di distrik tenggara Cox’s Bazar, Bangladesh, telah mendorong negara ini mengembangkan permukiman baru untuk relokasi sementara para pengungsi sampai repatriasi yang damai dan bermartabat dari orang-orang yang teraniaya ke negara asal negara bagian Rakhine .

Rohingya digambarkan PBB sebagai warga  yang paling teraniaya di dunia, menghadapi ketakutan akibat serangan fihak Myanmar sejak puluhan orang terbunuh dalam kekerasan komunal pada tahun 2012.

Menurut Amnesty International, lebih dari 750.000 pengungsi Rohingya, kebanyakan wanita, dan anak-anak melarikan diri dari Myanmar dan menyeberang ke Bangladesh setelah pasukan Myanmar melancarkan tindakan keras terhadap komunitas Muslim minoritas pada Agustus 2017.

Sejak 25 Agustus 2017, hampir 24.000 telah dibunuh oleh pasukan negara Myanmar, menurut laporan oleh Badan Pembangunan Internasional Ontario (OIDA). (T/R7/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)