Dhaka, MINA – Menteri Luar Negeri China Wang Yi mengunjungi Bangladesh dan mengadakan pertemuan dengan Perdana Menteri Sheikh Hasina dan Menteri Luar Negeri AK Abdul Momen.
Bangladesh telah meminta kerja sama dari China untuk memulangkan pengungsi Rohingya dari negara itu ke Myanmar.
Al Jazeera melaporkan pada Senin (8/8), meskipun ada upaya untuk mengirim mereka kembali, para pengungsi menolak, takut akan bahaya di Myanmar, yang diperburuk oleh pengambilalihan kekuasaan oleh militer tahun lalu.
Menlu China berjanji untuk bekerja terus menerus dalam menyelesaikan krisis Rohingya, dan juga mengatakan bahwa persolam dalam negeri Myanmar meresahkan negara-negara lain.
Baca Juga: WHO: Serangan Bertubi-tubi Israel ke RS Kamal Adwan Tak Dapat Diterima
China telah menggunakan pengaruhnya di Myanmar untuk menengahi perjanjian November 2017, dalam memulangkan sekitar 700.000 Rohingya yang melarikan diri dari Myanmar pada Agustus tahun itu.
Sebelumnya Wang tiba di Dhaka pada Sabtu (6/8) dan bertemu dengan Perdana Menteri Sheikh Hasina serta Menteri Luar Negeri AK Abdul Momen.
Mereka membahas masalah bilateral dan global sebelum keberangkatannya pada Ahad (7/8), kata Shahriar Alam, menteri muda Bangladesh untuk urusan luar negeri.
Pada Ahad, Bangladesh dan China menandatangani atau memperbarui empat perjanjian nota kesepahaman tentang manajemen bencana, infrastruktur, dan pertukaran budaya.
Baca Juga: Netanyahu Klaim Dataran Tinggi Golan akan Jadi Milik Israel Selamanya
Bangladesh memiliki hubungan yang kuat dengan China, yang merupakan mitra dagang utama sebagian besar untuk bahan baku.
Namun, mempertahankan hubungan dekat dengan Beijing merupakan tantangan bagi Bangladesh, yang juga menyeimbangkan hubungan diplomatik dan perdagangan dengan India dan Amerika Serikat, saingan utama China.
Lebih dari 500 perusahaan China aktif di Bangladesh. China terlibat dalam semua proyek infrastruktur utama negara itu seperti pelabuhan laut, terowongan sungai dan jalan raya, dan membantu membangun jembatan terbesarnya di atas Sungai Padma dengan biaya $3,6 miliar. (T/R6/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)