Bangladesh Siapkan Lahan untuk Kamp Rohingya

The News

Dhaka, MINA – akan memperluas sebuah permukiman massal yang sedang dibangun di distrik paling selatan untuk menampung 900.000 Muslim , seorang menteri mengatakan pada, Kamis (5/10).

Lokasi baru yang disiapan tersebut akan menyaingi kamp yang paling besar dan terpadat di Kutapalong, The News melaporkan yang dikutip MINA, Jumat (6/10).

Dua ribu hektar tanah di Distrik Cox’s Bazar dipersiapkan bulan lalu untuk sebuah tempat baru yang menampung 400.000 Rohingya yang melarikan diri dari tindakan keras aparat keamanan di Negara Bagian Rakhine, Myanmar, sejak akhir Agustus lalu.

Namun ruang yang ada sebelumnya telah habis karena jumlah pengungsi melebihi setengah juta, memberi tekanan besar pada kamp-kamp di sepanjang perbatasan yang telah menampung ratusan ribu orang Rohingya yang mengungsi saat kekerasan masa lalu di Rakhine.

Mofazzal Hossain Chowdhury Maya, Menteri Penanganan dan Bantuan Bencana mengatakan, diperkirakan 900.000 pengungsi akan dipindahkan ke kamp baru di pinggiran Kutupalong, pemukiman Rohingya terbesar di daerah tersebut.

“Mereka yang tinggal di tempat-tempat yang tersebar akan ditempatkan ke satu tempat, jadi lebih banyak lahan yang dibutuhkan. Perlahan-lahan semuanya akan datang ke sana,” ujarnya, menambahkan sejumlah keluarga sudah pindah ke lokasi baru.

Maya mengatakan, pemukiman yang dibangun oleh tentara – yang dikenal sebagai Perluasan Kutupalong – tersebut akan diperluas 1.000 hektar untuk mengakomodasi populasi besar.

Dia menambahkan semua pengungsi yang tinggal di 23 kamp yang membentang di sepanjang perbatasan akan dipindahkan ke lokasi baru, dan permukiman yang ada akan ditutup. “Dua kamp sudah ditutup,” kata dia.

Proyek ini telah meningkatkan perhatian di kalangan dokter dan badan amal di tempat yang mengkhawatirkan penyakit seperti kolera dapat menyebar dengan cepat melalui tempat-tempat yang dipadati orang.

Krisis pengungsi – yang disulut oleh kekerasan di Rakhine pada 25 Agustus – adalah eksodus orang tercepat dan terbesar di perbatasan sejak genosida Rwanda pada tahun 1994.

Organisasi Migrasi Internasional (IOM), badan utama PBB yang menangani krisis kemanusiaan mengatakan, situasinya perlahan melonjak menjadi malapetaka.

Lembaga-lembaga amal dan bantuan berjuang untuk memberi makan dan melindungi setengah juta pengungsi baru yang telah membanjiri kamp-kamp tersebut, tempat kasus diare meningkat dua kali lipat dalam sepekan terakhir karena sanitasi yang memburuk.

Mark Lowcock, pejabat tinggi PBB untuk urusan kemanusiaan, mengatakan badan dunia tersebut akan mengupayakan ketersediaan dana sekitar US$430 juta (Rp5,7 triliun) untuk meningkatkan operasi bantuan untuk orang Rohingya yang tidak memiliki apa-apa. (T/R11/B05)

Mi’raj News Agency (MINA)