Bankir Lebanon Klaim Sanksi AS Tidak Pengaruhi Ekonomi

 

Beirut, MINA – Para bankir dan ekonom di mengklaim, hampir tidak ada dampak signifikan sanksi AS yang keras terhadap Iran dan Hizbullah.

Mereka mengatakan, hal itu berkat langkah-langkah kepatuhan ketat yang diadopsi -bank komersial dan volume perdagangan ekonomi yang relatif rendah antara Beirut dan Teheran. Albawaba melaporkan, Selasa (6/11).

“Sanksi-sanksi itu menargetkan Republik Islam Iran dan bukan republik Lebanon. Sektor perbankan di Lebanon telah bertahun-tahun mengadopsi langkah-langkah ekstrim untuk memastikan bahwa itu mematuhi semua resolusi pada sanksi yang berlaku untuk individu dan entitas,” kata Marwan Kheireddine, ketua Bank Al-Mawarid, kepada The Daily Star.

Amerika Serikat Senin memberlakukan kembali sanksi terhadap Iran untuk memaksa Tehran merundingkan kembali perjanjian nuklir 2015 dan mengakhiri apa yang disebut mensponsori dan membiayai kegiatan-kegiatan teroris.

Bank Sentral dan bank komersial Lebanon terus memperbarui prosedur, sesuai dengan standar internasional.

Lebih lanjut, Asosiasi Bank di Lebanon membuat Washington mengikuti semua langkah baru untuk memblokir setiap upaya untuk menyusup sistem keuangan oleh negara atau organisasi manapun yang ada di daftar hitam Perbendaharaan AS.

Sebagian besar ekonom dan bankir yang diwawancarai oleh The Daily Star mengatakan Iran tidak memiliki kehadiran ekonomi yang kuat di Lebanon dan bahwa perusahaan Iran kecil dan tidak signifikan jumlahnya.

Kheireddine mencatat bahwa tidak satu pun dari 700 perusahaan dan individu yang masuk daftar hitam oleh Departemen Keuangan AS memiliki kehadiran di Lebanon.

“Banyak dari perusahaan-perusahaan ini beroperasi di Dubai, Singapura, Cina dan negara-negara lain, tetapi tidak satu pun dari mereka memiliki kehadiran di Beirut,” tambahnya.

Ekonom Ghazi Wazni mengatakan bahwa konsekuensi kecil dari sanksi AS dapat ditahan.

“Amerika selalu berusaha meninggalkan jendela terbuka untuk mendorong Teheran duduk dan bernegosiasi dengan Washington. Contohnya adalah ketika Washington mengizinkan sementara delapan negara untuk terus membeli minyak dari Iran sampai pemberitahuan lebih lanjut,” tambahnya.

Ekonom lain seperti Mazen Sweid, bagaimanapun, percaya bahwa pemerintah Lebanon berikutnya harus menerapkan kebijakan pemisahan untuk menghindari sanksi masa depan dari pemerintah AS.

Namun Sweid menyatakan kekhawatiran bahwa investasi yang masuk ke Lebanon dapat terpengaruh sebagai akibat dari ketegangan regional.

Namun Sweid juga berpendapat bahwa Lebanon secara tidak langsung dapat merasakan dampak sanksi AS terhadap Iran jika harga minyak melonjak di masa depan. (T/RS2/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.