Bantuan Kemanusiaan Uni Eropa Untuk Sudan dan Sudan Selatan

Komisi Uni Eropa untuk Misi Bantuan Kemanusiaan & Manajemen Krisis : Christos Stylianides, saat meninjau beberapa Proyek Bantuan Kemanusiaan di /Doc: Uni Eropa in Khartoum

Khartoum, MINA –  Uni Eropa (UE) mengumumkan akan memberikan bantuan kemanusiaan senilai 68 juta euro untuk masyarakat  yang terkena dampak konflik di Sudan dan .

Pendanaan datang pada saat jutaan orang di kedua negara membutuhkan bantuan, karena konflik di Sudan Selatan yang mengarah pada masuknya pengungsi ke negara tetangga yaitu Sudan.

“Uni Eropa akan terus meningkatkan dukungannya kepada masyarakat di Sudan dan  Sudan Selatan  yang  sedang menghadapi krisis kemanusiaan yang sangat besar,” kata Komisaris Uni Eropa untuk  Bantuan Kemanusiaan dan Manajemen Krisis, Christos Stylianides, dalam keterangan pers yang  dikeluarkan Kantor Uni Eropa untuk Sudan, Rabu (20/6). Demikian Koresponden MINA di Khartoum melaporkan.

“Bantuan  yang akan disediakan  antara lain   makanan dan perawatan kesehatan sehingga  memungkinkan mitra kami melanjutkan pekerjaan menyelamatkan nyawa mereka di lapangan,” katanya selanjutnya.

Di atas segalanya, tuturnya, sangat penting bahwa pekerja kemanusiaan dapat memberikan bantuan dengan aman sehingga mereka dapat membantu yang paling membutuhkan.

 Stylianides menjelaskan,  bantuan kemanusian sebanyak € 68 juta  tersebut, akan dibagi menjadi dua bagian utama misi kemanusian, masing-masing untuk Sudan Selatan dan Sudan.

Pertama,  di Sudan Selatan, € 45 juta,  terutama akan menargetkan pengungsi internal dan masyarakat sekitar, menyediakan bantuan pangan darurat, kesehatan, gizi, tempat tinggal, air dan sanitasi serta perlindungan dari kekerasan berbasis gender. “Dana juga akan digunakan untuk mendukung langkah-langkah melindungi pekerja bantuan,” katanya.

Sementara untuk  Sudan, € 23 juta akan memastikan perlindungan bagi komunitas masyarakat  pengungsi, dengan pengobatan kekurangan gizi di daerah yang paling terkena dampak konflik , serta bantuan makanan dan peningkatan akses ke layanan dasar seperti kesehatan, tempat tinggal, air dan sanitasi.

Hingga saat ini, Komisi Uni Eropa  telah memobilisasi lebih dari € 412 juta dalam bantuan kemanusiaan untuk Sudan Selatan sejak pertempuran meletus pada Desember 2013.

Sedangkan untuk Sudan dimulai  Sejak 2011, Uni Eropa telah memberikan hampir € 450 juta bantuan kemanusiaan di Sudan bagi mereka yang terkena dampak konflik, bencana alam, darurat pangan dan malnutrisi di negara tersebut.

Sejak lima tahun konflik di Sudan Selatan telah menyebabkan 70% penduduk setempat membutuhkan bantuan, dan menjadi korban kekerasan yang mengerikan. Konflik ini ditandai dengan pelanggaran hak asasi manusia skala luas terhadap warga sipil, khususnya wanita dan anak-anak, termasuk pemerkosaan dan kekerasan seksual, perekrutan tentara anak, perusakan rumah sakit, sekolah dan persediaan makanan.

Di antara 7 juta orang yang diperkirakan tidak aman secara pangan,  beberapa ribu orang menghadapi kondisi kelaparan, menurut laporan yang dikeluarkan Jaringan Sistem Peringatan Dini Kelaparan.

Sementaa itu setidaknya 101 pekerja bantuan kemanusiaan tewas sejak konflik dimulai pada Desember 2013, dan serangan-serangan kekerasan terhadap pekerja kemanusiaan sedang meningkat. Meskipun meningkatnya hambatan dalam pengiriman bantuan kemanusiaan, bantuan terus diupayakan, dan Uni Eropa adalah salah satu donor bantuan kemanusiaan terbesar di Sudan Selatan.

Sedangkan untuk Sudan memiliki jutaan pengungsi internal . dan Sudan saat ini menjadi tuan rumah lebih dari 1 juta pengungsi. Sebagian besar dari mereka adalah orang Sudan Selatan yang melarikan diri dari konflik dan kelaparan.  Ini bukan satu-satunya krisis kemanusiaan yang mempengaruhi Sudan. Sayangnya jutaan orang masih mengungsi di Sudan.

Saat ini tingkat kekurangan gizi di Sudan sudah termasuk yang tertinggi di Afrika. Satu dari enam anak menderita kekurangan gizi akut, dan satu dari 20 dalam kondisi paling parah yang kemungkinan menyebabkan kematian.

Tahun ini ditandai dengan terus berlanjutnya krisis sosial ekonomi, kekeringan lokal dan meluasnya konflik. Lebih dari tujuh juta orang membutuhkan bantuan kemanusiaan. Demikian laporan Kresponden MINA dari Karthoum, (L/K02/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)