Berencana Meledakkan Pawai Antirezim, Diplomat Iran, 5 lainnya Ditangkap

Wina, MINA – Seorang telah ditangkap bersama dengan dua orang yang dituduh merencanakan untuk meledakkan demonstrasi aktivis oposisi yang menyerukan perubahan rezim di Teheran, kata pihak berwenang , Senin (2/7).

Tiga penangkapan lainnya dilakukan di Perancis tetapi dua dari mereka kemudian dibebaskan, Arab News melaporkan yang dikutip MINA, Selasa.

Diplomat itu bekerja di kedutaan Iran di Wina, dan ditahan di Jerman. Dia adalah kontak dari sepasang suami istri Belgia asal Iran yang ditangkap di Brussels dengan 500 gram TATP peledak kimia dan perangkat detonasi.

Amir S, 38, dan Nasimeh N, 33, “diduga telah berusaha melakukan serangan bom” pada hari Sabtu di pinggiran kota pinggiran Paris, Villepinte, selama unjuk rasa yang diselenggarakan oleh National Council of Resistance of Iran (NCRI), jaksa federal Belgia mengatakan.

Tiga orang lainnya ditangkap di Perancis sehubungan dengan plot bom. Merhad A, 54, ditahan pada Sabtu sore dekat acara tersebut, dan dua lainnya yang ditangkap di Senlis, sebelah utara Paris, dibebaskan karena kurangnya bukti terhadap mereka, kata satu sumber peradilan Perancis.

Teheran telah lama menyerukan tindakan keras terhadap NCRI di Paris, Riyadh, dan Washington. Kelompok ini secara teratur dikritik oleh media pemerintah.

“Sebuah plot oleh rezim  yang memerintah Iran yang merencanakan serangan teroris terhadap pertemuan besar perlawanan Iran di Villepinte digagalkan,” kata juru bicara NCRI, Shahin Gobadi.

Setelah penangkapan, pihak berwenang Belgia juga melakukan lima penggerebekan di berbagai bagian negara tetapi tidak merinci apakah ada yang ditemukan.

Perdana Menteri Belgia Charles Michel di Twitter berterima kasih kepada polisi dan petugas intelijen atas pekerjaan mereka. ‘Sekali lagi kerjasama yang baik antar negara telah membuahkan hasil,’ tulis Michel.

Sekitar 25.000 orang menghadiri unjuk rasa pada Sabtu di Paris. Mereka melambai-lambaikan bendera merah, hijau dan putih milik NCRI, menyemangati pemimpin mereka, Maryam Rajavi, dan menyerukan perubahan rezim di Iran.

Di antara mereka di pawai itu terdapat penasehat hukum Presiden AS Donald Trump, mantan wali kota New York Rudy Giuliani, mantan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Newt Gingrich, dan politisi terkemuka lainnya dari AS, Eropa dan Timur Tengah. (T/R11/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)