BIKSU PAKSA MUSLIM ROHINGYA TINGGALKAN PENGUNGSIAN

Pemimpin gerakan 969 Ashin Wirathu (Potho: RNA)
Pemimpin gerakan 969 Ashin Wirathu (Potho: RNA)

Pathorkeela Julapura, 17 Jumadil Awwal 1436/9 Maret 2015 (MINA) – Biksu kontroversional, Ashin Wirathu meminta kepada untuk mengosongkan tempat penampungan darurat di Pathorkeela Julapura, Myanmar.

Wartawan Burmatimes yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA) melaporkan evakuasi dilakukan karena disinyalir Muslim Rohingya menempati pengungsian secara ilegal.

“Pihak berwewenang mengatakan daerah tersebut milik pemerintah dan diperuntukkan Rakhine Budha,” lapor wartawan.

Muslim Rohingya telah kehilangan rumah mereka setelah kerusuhan 2012. Mereka menyatakan bahwa telah melanggar peraturan yang dibuat pemerintah.

Tidak dipungkiri lagi banyak yang membenarkan termasuk para ahli mengatakan, biksu berpengaruh di Myanmar telah memperburuk ketegangan lama antara masyarakat Buddha dan Muslim di negara itu sejak kerusuhan meletus antara dua kelompok sejak 2012.

“Biksu Myanmar mungkin tidak memulai kekerasan tetapi mereka meningkatkan gelombang kekerasaan dengan cara menghasut banyak orang,” kata Michael Jerryson, seorang profesor studi agama dan asisten editor buku ‘Perang Buddha’.

Buku itu baru-baru ini dipublikasi pada 2010 menganalisis sisi kekerasan agama Buddha di Asia Tenggara dan bagaimana organisasi Buddha menggunakan agama dan retorika untuk mendukung penaklukan militer.

Sebagai contoh, gerakan kelompok “969” (angka penting dalam ajaran Buddha) adalah kampanye nasionalis anti-Muslim didirikan pada awal 2013 di Myanmar untuk melindungi identitas Buddha di Myanmar.

Tokoh pemimpin tersebut menuduh umat Islam menghina dan mencoba untuk mendominasi masyarakat Myanmar secara politik dan ekonomi. Pendukung kelompok ekstrim “969” memakai stiker mengidentifikasi keanggotaan mereka yang juga diposting di toko dan kios milik Buddhis untuk mendorong umat Buddha melakukan bisnis hanya dengan umat Buddha lainnya, dan mengutuk orang-orang yang membeli dari muslim.

Kelompok “969” segaja mengedarkan rekaman suara kebencian mereka terhadap muslim di restoran dan toko-toko di seluruh negeri, termasuk pidato dari seorang biksu berpengaruh dan terkenal, U-Wirathu, yang telah memicu kecaman internasional dan berpidato lantang menunjukkan kebenciannya terhadap muslim, menurut berita lokal.

Biksu semestinya bertindak sebagai pedoman moral yang utama dalam masyarakat Buddhisme Theravada yang dipraktekkan di negara-negara Asia Tenggara termasuk Myanmar, Sri Lanka, Thailand, Kamboja, dan Laos.

Human Rights Watch (HRW) mengungkapkan, pemerintah Myanmar tidak berbuat maksimal untuk membendung dan menghentikan pidato kebencian biksu lainnya di Myanmar. (T/P004/P4)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Comments: 0