Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

BMKG Bangun Tower Gas Rumah Kaca untuk Menahan Perubahan Iklim Global

Insaf Muarif Gunawan Editor : Rana Setiawan - Senin, 22 Juli 2024 - 00:26 WIB

Senin, 22 Juli 2024 - 00:26 WIB

29 Views

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati. (Foto. BMKG)

Jakarta, MINA – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) membangun tower gas rumah kaca (GRK) beserta pos pemantauan GRK di sejumlah wilayah di Indonesia guna menahan laju perubahan iklim global.

“Implementasi kedua program tersebut diwujudkan melalui pembangunan tower untuk mengamati gas rumah kaca yang hasilnya akan dilakukan perhitungan melalui model kimia atmosfer,” ucap Kepala BMKG Dwikorita Karnawati di Jambi, demikian keterangan MINA, Ahad (21/7).

Sebelumnya, BMKG baru meresmikan Tower 100 meter Pemantauan GRK Terintegrasi yang berlokasi di Stasiun Klimatologi Jambi, pekan lalu.

Langkah nyata ini juga sebagai bentuk dukungan BMKG untuk memberikan data yang lebih akurat dalam mewujudkan target Net Zero Emission tahun 2060.

Baca Juga: Jawa Tengah Raih Penghargaan Kinerja Pemerintah Daerah 2024 untuk Pelayanan Publik

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati  mengatakan, pihaknya tengah mengembangkan program Global Greenhouse Gas Watch (G3W) dan Integrated Global Greenhouse Gas Information System (IG3IS) untuk membantu upaya menekan emisi dan serapan gas rumah kaca berdasarkan observasi dan sains terkini.

Program Global Greenhouse Gas Watch (G3W) dan Integrated Global Greenhouse Gas Information System (IG3IS) merupakan program yang diinisiasi Organisasi Meteorologi Dunia (WMO), yang bertujuan untuk memantau dan melaporkan konsentrasi dan flux gas rumah kaca secara global, yang dapat memberikan informasi komprehensif atas siklus GRK di atmosfer dan permukaan Bumi, agar prediksi masa depan iklim di Bumi dapat dilakukan dengan lebih baik lagi.

Menurut Dwikorita, fenomena perubahan iklim semakin mengkhawatirkan serta memicu dampak yang lebih luas.

Hal itu terlihat dari berbagai peristiwa alam terkait iklim, dari suhu udara yang lebih panas, terganggunya siklus hidrologi, hingga maraknya bencana hidrometeorologi di berbagai belahan dunia. Maka dari itu, perlu upaya lebih dan konsisten dari seluruh negara untuk menahan laju perubahan iklim tersebut.

Baca Juga: Cuaca Jabodetabek Berawan Jumat Ini, Hujan Sebagian Wilayah

Ia mengatakan, dalam Global Risks Perception Survei (GRPS) 2024 yang dirilis World Economic Forum, terungkap bahwa ancaman risiko yang paling dikhawatirkan responden adalah cuaca ekstrem yang berimbas pada ketidakpastian global karena akan mengganggu rantai pasok barang dan sumber daya penting, makanan serta energi.

Kekhawatiran akan cuaca ekstrem ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kekhawatiran terhadap misinformasi dan disinformasi akibat artificial intelligence (AI), polarisasi sosial dan politik, krisis biaya hidup, serangan siber, pelemahan ekonomi, dan lain sebagainya. []

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Bedah Berita MINA, Peralihan Kekuasaan di Suriah, Apa pengaruhnya bagi Palestina?

Rekomendasi untuk Anda