Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

BRIN bersama MAB-UNESCO Indonesia Finalisasi Tinjauan Berkala Tujuh Cagar Biosfer

Rana Setiawan Editor : Ali Farkhan Tsani - Kamis, 19 September 2024 - 11:25 WIB

Kamis, 19 September 2024 - 11:25 WIB

27 Views

Jakarta, MINA Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama Man and Biosphere (MAB) UNESCO melakukan tinjauan berkala terhadap tujuh cagar biosfer di Indonesia pada Rabu dan Kamis, 18-19 September 2024 di Auditorium Gd. BJ Habibie Jakarta.

Kegiatan tersebut sebagai upaya Indonesia melalui BRIN untuk terus meningkatkan komitmennya dalam pelestarian  dan pemanfaatan keanekaragaman hayati dengan mengintensifkan tinjauan berkala terhadap pengelolaan cagar biosfer.

Program tersebut bertujuan untuk meningkatkan efektivitas konservasi berbasis lanskap, sejalan dengan dinamika lingkungan yang berubah, kebutuhan pembangunan yang berkelanjutan dan adaptif terhadap perubahan lingkungan serta tantangan sosial ekonomi.

Tinjauan ini merupakan bagian dari proses penilaian UNESCO yang dilakukan setiap sepuluh tahun untuk memastikan pengelolaan cagar biosfer sesuai dengan standar keberlanjutan yang ditetapkan.

Baca Juga: Ukhuwah Al-Fatah Rescue Ikuti Latihan Gabungan Penanganan Banjir

Tujuh cagar biosfer yang akan melaporkan tinjauannya pada 2024 adalah Leuser, Siberut, Bromo Tengger Semeru Arjuno, Tanjung Puting, Takabonerate, Lore Lindu, dan Komodo.

Ketua Komite Nasional MAB Indonesia, Maman Turjaman menjelaskan, dalam pengembangan Cagar Biosfer sangat penting pendekatan berbasis lanskap yang menekankan pentingnya memahami kawasan konservasi sebagai bagian dari ekosistem yang lebih luas, termasuk kawasan penyangga dan kawasan transisi yang melibatkan aktivitas manusia.

Dalam cagar biosfer, wilayah inti dapat dilindungi secara ketat, sementara kawasan penyangga dan transisi diatur untuk memastikan penggunaan lahan yang berkelanjutan.

“Dengan tinjauan berkala, dapat diidentifikasi intervensi yang lebih tepat sasaran, mulai dari pengelolaan, peningkatan nilai sosial, dan ekonomi hingga penyelesaian konflik manusia-satwa liar,” ujar Maman.

Baca Juga: Polisi Tangkap Lima Tersangka Baru Judi Online di Komdigi

Tinjauan berkala ini lanjut Maman, akan mengevaluasi berbagai aspek pengelolaan cagar biosfer, termasuk perlindungan sumber daya alam, tata kelola ekosistem, pembangunan ekonomi berkelanjutan, serta pelibatan masyarakat lokal dan membantu program mitigasi perubahan iklim yang diterapkan sejalan dengan kebijakan pemerintah dan agenda global, seperti Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dan Perjanjian Paris.

Sementara itu, Deputi Kebijakan Pembangunan BRIN Mego Pinandito menegaskan pentingnya kegiatan tinjauan berkala terhadap pengelolaan cagar biosfer.

“Konsinyasi finalisasi tinjauan berkala ini adalah langkah strategis untuk memastikan bahwa pengelolaan cagar biosfer di Indonesia dapat berjalan sesuai standar internasional,” kata Mego.

Mego melanjutkan, cagar biosfer merupakan laboratorium alami yang sangat penting, tidak hanya untuk konservasi keanekaragaman hayati, tetapi juga sebagai model untuk pembangunan berkelanjutan.

Baca Juga: Pemprov Jakarta Akan Terapkan WFH Jika Terjadi Banjir di Hari Kerja

BRIN akan terus mendukung upaya ini melalui pendekatan riset yang berkelanjutan dan inovasi dalam tata kelola lingkungan.

Indonesia dengan 20 cagar biosfer yang diakui UNESCO menurut Mego, menjadi salah satu negara terdepan dalam hal konservasi kawasan ekosistem hutan tropis.

Cagar biosfer berfungsi sebagai laboratorium hidup, tempat riset lingkungan, pengelolaan sumber daya alam, serta interaksi antara manusia dan alam dapat diuji dan diterapkan secara nyata.

Dengan berpedoman pada 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), cagar biosfer di Indonesia telah menjadi pusat percontohan dalam menyelaraskan kepentingan ekologi, ekonomi, dan sosial.

Baca Juga: AWG Beri Edukasi Tentang Palestina di Ponpes Al-Firdaus Bandar Lampung

Kegiatan ini melibatkan berbagai pemangku kepentingan yakni, Kementerian LIHK, pemerintah daerah, komunitas lokal, akademisi, serta lembaga swadaya masyarakat.  Melalui kegiatan ini juga diharapkan menghasilkan tujuh laporan tinjauan berkala yang akan diserahkan kepada UNESCO MAB Sekretariat di Paris, serta Policy Brief yang dapat digunakan sebagai panduan kebijakan oleh pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya.

Publikasi internasional juga akan disusun guna membagikan pengalaman Indonesia dalam pengelolaan cagar biosfer kepada komunitas global.[]

Mi’raj News Agency (MINA)

 

Baca Juga: Indonesia Berharap Rakyat Suriah Dapat Memulai Kehidupan Baru

Rekomendasi untuk Anda