Jakarta, 24 Jumadi Awwal 1437/3 Maret – Seorang praktisi parenting, Kurnia Widhiastuti mengatakan, era gadget itu baik namun juga banyak dampak buruknya seperti cepatnya informasi, gambar televisi , dan gambar yang muncul di Internet yang tidak layak dilihat anak-anak. Sarana penyeimbang dari dampak itu adalah buku tentang ke-Islaman.
“Yang jadi masalah adalah anak yang sering keasyikan berinteraksi dengan gadget, membuat otak terlalu cepat dalam berfikir dan bergerak, akhirnya kita akan menjumpai anak-anak yang kita bilang “pecicilan” (tak bisa diem susah diurus), ke sana ke mari karena dia mempunyai otak yang sangat cepat berpindah,” kata Kurnia.
Menurut dia, buku akan membantu anak untuk memiliki otak yang jejak, karena buku itu sifatnya diam dan hanya menggerakkan tubuhnya seperti tangan, mata, badan dengan bermacam gaya seperti tiduran, duduk atau berjalan, sehingga otak punya kesempatan untuk mengendapkan informasi negatif.
“Dengan membaca buku yang berisi nilai-nilai Islam, otak punya keseimbangan dalam berfikir saat harus bekerja cepat, ada saat harus diam untuk bisa berfikir lebih matang, misalnya saat anak tidak sengaja melihat gambar porno di media maka dengan sendirinya ia akan menghindarnya,” katanya kepada Mi’raj Islamic News Agency (MINA) di tengah kunjungan di Islamic Book Fair (IBF) 2016, di Istora Senayan, Jakarta, Rabu (2/3).
Baca Juga: Tim SAR dan UAR Berhasil Evakuasi Jenazah Korban Longsor Sukabumi
Menurut dia, orang tua harus membentengi anaknya dengan Al-Qur’an. “Kata Rasulullah dekatkan anakmu, didik dengan Al-Qur’an. Mencintai para nabi, mencitai keluarga nabinya, dekatkan dengan tokoh Islam yang sumber utamanya Al-Qur’an, sehingga otomatis anak mempunyai bingkai apa yang harus dipilih. Otak punya alternatif pilihan, tapi jika orang tuanya tidak pernah mengenalkan kebaikan, anak tidak punya pilihan yang melindungnya.”
Guna menumbuhkan niat dan minat baca anak, orang tua yang harus mendekatkan anak pada bacaan, memulainya dengan membacakan buku lewat kisah-kisah, cerita, dengan gambar yang membuat anak tertarik sehingga punya semangat tinggi untuk membaca.
“Tugas orang tua memasukkan data seperti mengajak kebaikkan, menceritakan tokoh-tokoh Islam, memberi contoh akhlak yang baik kepada anaknya,” katanya. (L/hna/R01)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: BKSAP DPR Gelar Kegiatan Solidaritas Parlemen untuk Palestina