Buku Putih dan Bayi pun Bisa Stres (Oleh: dr. Suwardi Sukri)

Oleh: dr. Suwardi Sukri, Dokter Integratif Medicine

Kazuo Murakami peneliti gen dari Jepang, di dalam bukunya “Misteri DNA”, berpendapat, DNA terdiri dari dua pita dan di atas pita terdapat informasi dalam bentuk empat abjad simbol kimia. Informasi gen dalam satu sel manusia teridiri dari 3 miliar abjad. Jika ini dijadikan buku maka akan ada 1.000 jilid buku dan setiap buku terdiri dari 1.000 halaman. Wauw…amazing!

Informasi gen inilah yang akan membentuk fisik, sifat, dan perilaku setiap manusia, yang terekam pada pita gen. Secara alami ada informasi positif dan negatif. Begitu juga dengan sifat. Ada sifat baik dan ada sifat negatif. Sehingga dikatakan ada DNA dengan sifat baik dan ada DNA sifat buruk.

Oleh sebab itu, manusia harus selalu mengaktifkan DNA baik agar menguntungkan buat dirinya dan juga orang sekitarnya. Maka berlaku sistim on/off-nya DNA. Dengan tujuan agar DNA baik menjadi aktif, sementara DNA buruk tertidur.

Dengan demikian meng -on kan DNA baik dalam persekian detik dalam energi ibu adalah sangat penting. Agar si ibu melahirkan bayi sehat dan cerdas. Inilah makna frasa; tak henti-hentinya si ibu berkomunikasi dengan si bayi dalam rangka membentuk karakter si anak.

Lingkungan baik akan meng- on kan DNA baik. Begitu juga, berpikir positif, bersilaturrahmi, bersedekah dan bersyukur adalah kegiatan yang dapat meng-on kan DNA baik. Jika uraian ini tentang DNA manusia dewasa. Lantas bagaimana dengan DNA janin yang berada di dalam kadungan sang ibu?

Tentu tidak jauh beda, namun janin yang hidup di dalam rahim ibu belum bersentuhan dengan dunia luar. Otomatis belum terpapar oleh lingkungan, selain lingkungan rahim. Sehingga informasi yang memengaruhi cetak biru DNA janin, hanyalah kondisi psikologis dan asupan nutrisi si ibu.

Oleh sebab itu, benar,sabda Rasuullah Shallallahu Alaihi Wasallam bahwa setiap bayi yang dilahirkan berada dalam keadaan fitrah atau suci bersih. Ibarat lembaran kertas putih tanpa noda. Lembaran putih ini akan membentuk buku putih, yang akan diisi oleh pegaruh kedua orang tuanya. Dan yang paling memberi pengaruh terhadap perkembangan karakter si anak adalah ibu.

Janin pun Bisa Stres

Dalam beberapa penilitian , ternyata janin memberi respon terhadap kondisi si ibu. Mood atau kondisi psikologis ibu sangat memengaruhi perkembangan sistem saraf pusat, pola tidur, dan gerakan janin . Ini membuktikan bahwa janin pun dapat berinteraksi.

Bahkan perubahan denyut jantung dan pernapasan ibu pun misalnya, dapat direspon oleh pendengaran dan sistem kinestetik janin. Apalagi, keterpaparan berulang terhadap stres psikologis ibu akan membentuk Neurobehavior si anak kelak, yaitu pola perilaku hidup seseorang yang berhubungan dengan respon sistem saraf seperti pola tidur, suasana hati, stress, nafsu makan dan kesadaran diri.

Neurobehavior adalah hubungan antara fungsi otak dengan perilaku dan proses berpikir manusia. Fungsi luhur ini sangat penting teristimewa bagi anak-anak. Karena neurobehavior sangat berperan terhadap pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mental si anak.

Stres kronik selama kehamilan, akan meningkatkan konsentrasi hormon stres yakni Kortisol dan hormon ini akan memenuhi cairan ketuban. Akibatnya, pertumbuhan dan perkembangan janin terganggu. Karena Kortisol mengurangi kemampuan plasenta mengangkut nutrisi untuk janin. Kini dipertanyakan? Bagaimana janin bisa stres?

Axis Hypothalamic–pituitary–adrenal atau lebih dikenal dengan axis HPA: Ibu – Janin. Saat ibu mengalami stres, Hipotalamus melepaskan CRH=Corticotropin-releasing hormon. CRH merangsang Pituitari anterior untuk melepaskan ACTH= adrenocorticotropic hormon, selanjutnya ACTH menstimulasi anak ginjal yaitu kortex adrenal untuk melepaskan hormon Kortisol.

Selain itu, plasenta juga produksi dan melepaskan CRH ke dalam aliran darah serta turut mengaktifkan axis HPA, dengan tujuan meningkatkan kadar Kortisol. Produksi CRH oleh plasenta dimulai pada trisemester kedua.

Efek Kortisol akan meningkatan tekanan darah dan detak jantung. Yang memberi pengaruh negatif terhadap sirkulasi darah ibu-janin, terutama pada sirkulasi otak janin. Dengan demikian aktifasi axis HPA akan memberi efek jangka panjang pada otak janin dan perilakunya. Dan penyakit mental dan fisik yang dapat terjadi diantaranya; attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), penyakit kardiovaskular dan perkembangan kognitif yang terganggu. Inilah beberapa resiko jika janin mengalami stres. (A/R01/RS3)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.