Bekasi, 24 Safar 1437/6 Desember 2015 (MINA) – Metode Hanifida mengajarkan teknik cepat bagi anak untuk mampu menghafal Asmaul Husna, Al-Quran dan pelajaran di sekolah dalam waktu singkat.
Dai Indonesia yang juga aktif menyebarkan metode Hanifida, KH. Sahlan Damiri, mengatakan, metode ini memanfaatkan kerja otak kanan dalam menghafal dan metode ini bisa diterapkan untuk menghafal Al-Quran.
Hal itu disampaikan Sahlan saat mengisi acara pelatihan “1 hari Cara Cepat Menghafal Al-Qur’an Metode Hanifida” yang diselenggarakan Forum Ukhuwah Muda Pondok Kelapa (UMPK) di Masjid Baitul Muttaqien Bekasi, Ahad (6/12) pagi.
“Anak dapat menghafal apa pun dalam waktu cepat dan dapat menjawab setiap pertanyaan mengenai apa yang telah dihafalkan seperti komputer saja. Dan otak manusia itu lebih hebat daripada sekedar komputer,” katanya.
Baca Juga: Tim SAR dan UAR Berhasil Evakuasi Jenazah Korban Longsor Sukabumi
Ada banyak metode yang biasa dipakai untuk menghafal Al-Quran di rumah-rumah tahfidz. Namun, Sahlan mengungkapkan, metode Hanifida memiliki keunikan dan perbedaan dari metode-metode yang lain. Metode Hanifida lebih mengedepankan visualisasi.
“Dengan metode ini, seseorang akan rileks dan santai dalam menghafal Al-Quran tetapi tidak mengurangi kualitas hafalan seseorang,” ujarnya.
Menurutnya, hal itu terjadi karena metode yang dipakai dalam menghafal Al-Quran dengan cepat ini terdiri dari beberapa teknik pelatihan yang berfokus pada menghafal nomor ayat, surat, bacaan dan terjemahan.
“Metode Hanifida memanfaatkan kelebihan yang dimiliki oleh otak kanan dan tidak dimiliki otak kiri untuk menghafal Al-Quran. Biasanya, orang yang memiliki kepandaian di atas rata-rata itu karena ia mampu menggunakan otak kanannya dengan baik,” ujarnya.
Baca Juga: BKSAP DPR Gelar Kegiatan Solidaritas Parlemen untuk Palestina
Sementara itu, Ketua Koordinasi UMPK, Andi Rahman berharap, dengan adanya acara ini, akan meningkatkan kualitas keilmuan dan menambah motivasi pemuda dalam menghafal Al-Quran sekaligus menularkannya kepada siapa saja yang mengaku dirinya seorang Muslim.
Heru, 24, peserta pelatihan metode Hanifida yang kini aktif sebagai mahasiswa tingkat akhir di Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STID) Mohammad Natsir mengungkapkan kekagumannya dengan metode Hanifida.
Untuk diketahui, metode inovatif ini dikembangkan oleh pasangan Hanifuddin Mahadun dan Kheirotul Idawati. (L/P011/P001)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Warga Israel Pindah ke Luar Negeri Tiga Kali Lipat