Cita-cita Kedudukan Tinggi di Sisi Allah

Oleh Rudi Hendrik, jurnalis Mi’raj News Agency (MINA)

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,

أَكَانَ لِلنَّاسِ عَجَبًا أَنۡ أَوۡحَيۡنَآ إِلَىٰ رَجُلٍ۬ مِّنۡہُمۡ أَنۡ أَنذِرِ ٱلنَّاسَ وَبَشِّرِ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَنَّ لَهُمۡ قَدَمَ صِدۡقٍ عِندَ رَبِّہِمۡ‌ۗ قَالَ ٱلۡڪَـٰفِرُونَ إِنَّ هَـٰذَا لَسَـٰحِرٌ۬ مُّبِينٌ

Artinya, “Patutkah menjadi keheranan bagi manusia bahwa Kami mewahyukan kepada seorang laki-laki di antara mereka, ‘Berilah peringatan kepada manusia dan gembirakanlah orang- bahwa mereka mempunyai kedudukan yang tinggi di sisi Rabb mereka’. Orang-orang kafir berkata, ‘Sesungguhnya orang ini (Muhammad) benar-benar adalah tukang sihir yang nyata’.” (QS. Yunus [10] ayat 2)

Nyaris tak pernah terdengar oleh telinga kita, kata-kata dari seseorang yang bercita-cita untuk memiliki “kedudukan yang tinggi di sisi Allah”. Pada umumnya manusia akan bercita-cita kepada kedudukan yang bersifat duniawi yang berhubungan dengan pekerjaan atau kedudukan tinggi di tengah masyarakat.

Cita-cita “” bukanlah kedudukan yang baru bisa diraih jika kita sudah bertitel “almarhum”, tapi kedudukan mulia itu bisa kita dapati selagi kita bergelimang dengan mewah dan fananya dunia.

Merujuk kepada ayat di atas, Allah memberi petunjuk bahwa sumber informasi dan selak-beluk tentang “kedudukan yang tinggi di sisi Allah”, hanya bersumber dari penjelasan seorang laki-laki di antara manusia yang diberi wahyu oleh Allah, yaitu Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Selain memberi peringatan kepada umat manusia, Rasulullah juga bertugas memberi kabar gembira kepada orang-orang yang beriman, karena merekalah yang oleh Allah disebut memiliki “kedudukan yang tinggi di sisi-Nya”. Rasulullah adalah sebaik-baik orang yang menjelaskan seluruh firman Allah.

Pada ayat tersebut sudah jelas bahwa untuk sampai kepada “kedudukan tinggi di sisi Allah” maka seseorang harus sampai kepada sebutan “orang-orang yang beriman”.

Hanya Allah yang Mahatahu siapa hamba-hamba-Nya yang bertitel “orang-orang beriman”, karena status itu berkaitan mutlak dengan keimanan yang ada di dalam hati. Namun demikian, setidaknya orang-orang yang beriman terlihat dari karakter dan ciri-cirinya dalam menjalani hidup sehari-hari, sebab ia memiliki kewajiban yang harus dijalankan sebagai orang beriman.

Di dalam Al-Quran, banyak disebutkan ciri-ciri orang beriman dan karakteristik amalan sehari-harinya, baik yang bersifat batiniyah ataupun lahiriyah.

Seperti yang Allah firmankan di dalam QS. Al-Anfal [8] ayat 2-4.

إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتۡ قُلُوبُہُمۡ وَإِذَا تُلِيَتۡ عَلَيۡہِمۡ ءَايَـٰتُهُ ۥ زَادَتۡہُمۡ إِيمَـٰنً۬ا وَعَلَىٰ رَبِّهِمۡ يَتَوَكَّلُونَ

ٱلَّذِينَ يُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَمِمَّا رَزَقۡنَـٰهُمۡ يُنفِقُونَ

أُوْلَـٰٓٮِٕكَ هُمُ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ حَقًّ۬ا‌ۚ لَّهُمۡ دَرَجَـٰتٌ عِندَ رَبِّهِمۡ وَمَغۡفِرَةٌ۬ وَرِزۡقٌ۬ ڪَرِيمٌ۬

Artinya, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Rabb-lah mereka bertawakkal, (yaitu) orang-orang yang mendirikan salat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Rabb-nya dan ampunan serta rezeki yang mulia.” (QS. Al-Anfal [8] ayat 2-4)

 

Di surat dan ayat lain Allah juga merinci sifat-sifat orang yang beriman.

قَدۡ أَفۡلَحَ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ

ٱلَّذِينَ هُمۡ فِى صَلَاتِہِمۡ خَـٰشِعُونَ

وَٱلَّذِينَ هُمۡ عَنِ ٱللَّغۡوِ مُعۡرِضُونَ

وَٱلَّذِينَ هُمۡ لِلزَّكَوٰةِ فَـٰعِلُونَ

وَٱلَّذِينَ هُمۡ لِفُرُوجِهِمۡ حَـٰفِظُونَ

إِلَّا عَلَىٰٓ أَزۡوَٲجِهِمۡ أَوۡ مَا مَلَكَتۡ أَيۡمَـٰنُہُمۡ فَإِنَّہُمۡ غَيۡرُ مَلُومِينَ

Artinya, “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman. (Yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam salatnya. Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna. Dan orang-orang yang menunaikan zakat. Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya. Kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela.” (QS. Al-Mukminun [23] ayat 1-5)

Dan ciri-ciri itu selalu melekat ketika di dalam firman-Nya, Allah menyeru kepada orang-orang yang beriman seperti di dalam QS. Al-Baqarah [2] ayat 183.

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡڪُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِڪُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ

Artinya, “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”

Masih banyak ayat-ayat Al-Quran dan hadits Rasulullah yang mencirikan karakter orang-orang beriman.

Dengan dinilainya kita sebagai orang-orang yang beriman oleh Allah, maka dengan sendirinya kita akan meraih “kedudukan tinggi di sisi Allah”.

Selain ciri-ciri karakter yang dipraktikkan oleh orang-orang beriman dalam aplikasi kehidupan, orang-orang yang beriman akan diberi tanda oleh Allah berupa ganjaran yang dia peroleh dalam diri dan kehidupannya.

Allah menjelaskan di dalam Al-Quran bahwa orang-orang yang beriman akan memperoleh beberapa balasan di dunia sebelum menerima nikmat abadinya di akherat.

مَنۡ عَمِلَ صَـٰلِحً۬ا مِّن ذَڪَرٍ أَوۡ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤۡمِنٌ۬ فَلَنُحۡيِيَنَّهُ ۥ حَيَوٰةً۬ طَيِّبَةً۬‌ۖ وَلَنَجۡزِيَنَّهُمۡ أَجۡرَهُم بِأَحۡسَنِ مَا ڪَانُواْ يَعۡمَلُونَ

Artinya, “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik.” (QS. An Nahl [16] ayat 97)

Di ayat lain Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,

وَٱلَّذِينَ هَاجَرُواْ فِى ٱللَّهِ مِنۢ بَعۡدِ مَا ظُلِمُواْ لَنُبَوِّئَنَّهُمۡ فِى ٱلدُّنۡيَا حَسَنَةً۬‌ۖ وَلَأَجۡرُ ٱلۡأَخِرَةِ أَكۡبَرُ‌ۚ لَوۡ كَانُواْ يَعۡلَمُونَ

Artinya, “Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya, pasti Kami akan memberikan tempat yang bagus kepada mereka di dunia. Dan sesungguhnya pahala di akherat adalah lebih besar, kalau mereka mengetahui.” (QS. An Nahl [16] ayat 41)

Di ayat lain Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,

إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَٱلَّذِينَ هَادُواْ وَٱلنَّصَـٰرَىٰ وَٱلصَّـٰبِـِٔينَ مَنۡ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأَخِرِ وَعَمِلَ صَـٰلِحً۬ا فَلَهُمۡ أَجۡرُهُمۡ عِندَ رَبِّهِمۡ وَلَا خَوۡفٌ عَلَيۡہِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُونَ

Artinya, “Sesungguhnya orang-orang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh.  mereka akan menerima pahala dari Rabb mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. Al-Baqarah [2] ayat 62)

Dari Shuhaib radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,

عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Muslim, no. 2999)

Masih banyak ayat Al-Quran dan hadits Rasulullah yang menjelaskan karakter orang-orang beriman yang menduduki tempat yang tinggi di sisi Allah.

Untuk meraih derajat mulia itu, sepatutnya kita kembali mengkaji Al-Quran sebagai sumber rujukan untuk meraih cita-cita “kedudukan tinggi di sisi Allah”. (A/RI-1/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.