Demonstrasi di Iran Timbulkan Kekhawatiran Bisnis

Protes warga Iran di ibu kota Teheran pada Sabtu, 30 Desember 2017. (Foto: AP)

 

Di Enghelab Square yang sibuk di Teheran tengah, perputaran dan kegiatan bisnis berjalan secara normal sebagaimana hari-hari lainnya. Namun, melintasnya sejumlah petugas keamanan di kawasan itu membuat situasinya berubah.

Selama empat malam terakhir, Alun-alun Enghelab telah menjadi titik kunci berkumpulnya para demonstran yang meneriakkan slogan-slogan anti pemerintah. Kelompok ini merupakan bagian dari gelombang demonstrasi luas yang melanda sejumlah kota di Iran sejak pekan lalu, Kamis, 28 Desember.

Alun-alun itu telah menjadi bentrokan di malam hari baru-baru ini. Polisi menggunakan gas air mata dan meriam air untuk membubarkan demonstran.

Pada hari Selasa pagi, 2 Januari 2018, bisnis berjalan seperti biasa di daerah yang menjadi tujuan populer pecinta sastra banyaknya toko buku di kawasan tersebut.

Namun, dengan adanya seruan daring di media sosial untuk protes baru di malam hari, pemilik bisnis tetap bersikap hati-hati.

“Kita harus berhati-hati,” kata Reza (31), pemilik sebuah toko kecil yang menjual buku dan produk alat tulis, kepada wartawan Al Jazeera. “Bisnis normal di siang hari, tapi kami harus menutup toko lebih cepat dalam beberapa hari terakhir.”

Sedikitnya 22 orang telah tewas sejak demonstrasi awal meletus di kota Masyhad, kota terbesar kedua di Iran, sebelum menyebar ke bagian lain di negara tersebut.

Awalnya, kemarahan para demonstran diarahkan pada kebijakan ekonomi pemerintah yang dipimpin oleh Presiden Hassan Rouhani.

Akan tetapi, keluhan-keluhan itu berubah menjadi bersifat politis. Para demonstran mulai meneriakkan slogan yang menentang pembentukan elit religius yang berkuasa.

Ali Asghar Naserbakht, Wakil Gubernur Provinsi Teheran mengatakan, di ibu kota tidak ada korban tewas yang dilaporkan sejauh ini, tapi polisi telah menahan sekitar 500 demonstran selama tiga hari terakhir.

Pihak berwenang bersikeras bahwa situasi di Teheran terkendali. Korps Pengawal Revolusi Iran (IRGC) yang bertanggung jawab memberikan keamanan di ibu kota, telah berulang kali menekankan hal itu.

Kekhawatiran tentang dampak kerusuhan, meluas ke sektor bisnis. Pada hari Ahad, 31 Desember 2017, penurunan 1,7 persen di Teheran Stock Exchange menakuti investor.

Penurunan tersebut terjadi setelah pasar ekuitas mencatat kenaikan tertinggi sepanjang masa di akhir November.

“Sampai saat ini, perusahaan meningkatkan modal mereka dan memperluas bisnisnya,” kata Mohammad Sharifi, seorang investor saham dan lulusan ekonomi Universitas Teheran. “Saya kehilangan 10 persen investasi saya setelah turunnya indeks ekuitas pada hari Ahad.”

Kerugian tersebut tidak terus terjadi, karena pasar mencatat beberapa keuntungan pada hari Senin dan Selasa, tapi depresiasi nilai kontrak Iran telah menciptakan kecemasan lebih lanjut.

Sejak demonstrasi tersebut terjadi, kontrak tersebut telah terdepresiasi lebih dari tujuh persen terhadap euro, sementara dolar AS juga telah meningkat 2,8 persen di pasar Iran.

Ini bisa berdampak pada penghidupan orang-orang Iran kelas menengah.

Banyak mahasiswa ekspatriat yang sedang pulang ke Teheran untuk mengunjungi kerabat mereka selama liburan musim dingin, kini merasa cemas.

Beberapa orang mengatakan bahwa mereka terkejut mendapati toko penukaran mata uang menolak menjual uang asingnya saat mereka menunggu pasar menjadi stabil.

Kembali ke Enghelab Square, hidup sepertinya berjalan seperti biasa. Namun, para pemilik toko mengatakan bahwa mereka tidak akan mengambil risiko dan memilih menutup tokonya lebih awal.

Kondisi malam hari akan menjadi lebih tegang di Teheran. (A/RI-1/P2)

 

Sumber: tulisan Saeed Jalili di Al Jazeera.

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Rudi Hendrik

Editor: Widi Kusnadi

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.