Ramallah, MINA – Dewan Pusat Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) pada Ahad (14/1/2018) malam membuka pertemuan ke-28 dengan agenda utama mendiskusikan dampak pengakuan AS terhadap Yerusalem sebagai ibukota Israel.
Presiden Mahmoud Abbas dalam sambutannya menyerukan agar pertemuan dua hari tersebut dapat menyusun strategi Palestina untuk menghadapi langkah AS menuju Yerusalem dan juga untuk membahas hubungan masa depan dengan Israel.
Perundingan damai dengan Israel gagal dilaksanakan setelah kesepakatan yang ditandatangani dengan PLO sejak tahun 1993.
Semua faksi Palestina menghadiri pertemuan tersebut kecuali Hamas dan Jihad Islam, tapi tetap ada keseriusan terhadap isu yang dibahas. Kedua gerakan tersebut bukan anggota PLO.
Baca Juga: Keledai Jadi Penyelamat Warga Gaza di Tengah Perang
Fihak Hamas mengatakan tak hadir karena konperensi berada di wilayah pendudukan Israel sehingga Israel bisa menangkap mereka kalau datang ke sana, namun tetap menyatakan komitmen Hamas untuk persatuan Palestina.
Berbicara pada sesi pembukaan, Salim Zanoun, Presiden Dewan Nasional Palestina (PNC), badan legislatif tertinggi Palestina, meminta strategi keseluruhan untuk menghadapi keputusan AS mengenai Yerusalem serta tindakan-tindakan Israel di kota yang diduduki.
Palestina bersikeras akan menjadi ibu kota negara independen masa depan mereka. (T/RS2//P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: AS Tolak Rencana Israel untuk Caplok Tepi Barat yang Diduduki