Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Kantor Berita Islam MINA (Mi’raj Islamic News Agency), Da’i Pondok Pesantren Al-Fatah Cileungsi, Bogor, Jawa Barat
Jika kita naik motor, mobil, kereta api, atau kendaraan umum, tentu akan meneyusuri jalan yang tidak selamanya lurus dan lancar. Ada kalanya belok kanan, sesekali belok kiri. Lancar, lampu merah, macet silih berganti. Jalanan datar, menurun dan mendaki saling bertautan.
Jika kita berpikir, “Kalau begitu saya tidak akan keluar, di rumah saja, atau diam di tepi jalan menghindari ketidaklancaran itu”. Tentu hasilnya, ya tinggal diam, alias nol. Sebab, yang namanya masalah, problem, kesulitan bukanlah untuk ditinggal pergi. Namun untuk dihadapi.
Jangankan kita manusia biasa, bahkan yang penuh dosa dan cela ini. para Nabi dan rasul yang terjaga dari maksiat saja, juga menghadapi masalah dan kesulitan. Namun mereka menghadapinya dengan sabar, kesungguhan mengatasinya, dan penuh tawakkal kepada Allah.
Baca Juga: [Hadits Al-Arbain ke-24] Tentang Haramnya Berbuat Zalim
Begitulah, hidup adalah perjalanan, bertolak dari, sedang berada di, serta menuju ke suatu tempat. Di dalamnya terdapat berbagai kesukaran dan kesulitan.
Allah hendak menguji semua itu kepada hamba-hamba-Nya, untuk memberikan berita gembira kepada mereka yang sabar menghadapinya.
Allah menyebutkan di dalam kalam suci-Nya:
وَلَنَبۡلُوَنَّكُم بِشَىۡءٍ۬ مِّنَ ٱلۡخَوۡفِ وَٱلۡجُوعِ وَنَقۡصٍ۬ مِّنَ ٱلۡأَمۡوَٲلِ وَٱلۡأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٲتِۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّـٰبِرِينَ (١٥٥) ٱلَّذِينَ إِذَآ أَصَـٰبَتۡهُم مُّصِيبَةٌ۬ قَالُوٓاْ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيۡهِ رَٲجِعُونَ (١٥٦) أُوْلَـٰٓٮِٕكَ عَلَيۡہِمۡ صَلَوَٲتٌ۬ مِّن رَّبِّهِمۡ وَرَحۡمَةٌ۬ۖ وَأُوْلَـٰٓٮِٕكَ هُمُ ٱلۡمُهۡتَدُونَ (١٥٧)
Baca Juga: Keutamaan Menulis: Perspektif Ilmiah dan Syari
Artinya: “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (155) [yaitu] orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun”. [Sesungguhnya kami milik Allah, dan sesungguhnya kepada-Nya kami akan dikembalikan]. (156) Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”. (157). (Q.S. Al-Baqarah [2]: 155-157).
Memang demikianlah apa yang menjadi takdir dan keputusan Allah, itulah yang terbaik. Walau kadang belum tentu yang terindah menurut pandangan manusia.
Hal itu membuat kita ridha, ikhlas dan penuh tawakkal kepada-Nya. Tidak ada istilah keluh kesah, frustasi apalagi putus asa.
Dalam menghadapi kesulitan hidup bak pendakian yang berat itu, keikhlasan bagaikan sumber energi yang memasok bahan bakar agar tak berhenti di tengah jalan atau mudah surut ke belakang. Ikhlas juga seperti air bagi tumbuh-tumbuhan, apabila tanaman itu dirawat dan disiram dengan air akan tumbuh subur dan mendatangkan manfaat bagi kehidupan manusia.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-23] Keutamaan Bersuci, Shalat, Sedekah, Sabar, dan Al-Quran
Sementara itu, tawakkal adalah sifat yang membawa percaya diri. Sebab dengan tawakkal para Rasul mampu menghadapi rintangan dan tantangan serta mengatasi kesulitan yang di luar batas manusia biasa.
Satu Kesulitan Dua Kemudahan
Jika kita menyimak ayat berikut, maka kita akan semakin yakin bahwa di balik semua kesulitan yang dihadapinya, pasti ada kemudahan sesudahnya.
Seperti firman Allah:
Baca Juga: Langkah Kecil Menuju Surga
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا – إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
Artinya: “Maka sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (Q.S. Alam Nasyrah [94]: 5-6).
Sehubungan dengan itu, sijelaskan di dalam hadits:
لَوْ جَاءَ العُسْرُ فَدَخَلَ هَذَا الحُجْرَ لَجَاءَ اليُسْرُ حَتَّى يَدْخُلَ عَلَيْهِ فَيُخْرِجُهُ
Baca Juga: Akhlak Mulia: Rahasia Hidup Berkah dan Bahagia
Artinya: “Seandainya kesulitan itu datang dan masuk dalam lubang ini, maka akan datang kemudahan dan ia turut masuk ke dalam lubang tersebut sampai ia mengeluarkan kesulitan tadi.” (H.R. Al-Hakim).
Pada hadits lain dikatakan:
لَنْ يَغْلِبَ عُسْرٌ يُسْرَيْنِ
Artinya: “Satu kesulitan tidak mungkin mengalahkan dua kemudahan.” (Syaikh Al-Albani menyebutkan di dalam Dha’if Al-Jaami’).
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-22] Islam Itu Mudah, Masuk Surga Juga Mudah
Al-Hasan Al-Bashri mengatakan,
كَانُوا يَقُوْلُوْنَ: لاَ يَغْلِبُ عُسْرٌ وَاحِدٌ يُسْرَيْنِ اِثْنَيْنِ
Artinya: “Para sahabat dahulu berkata bahwa satu kesulitan tidak mungkin mengalahkan dua kemudahan.” (Disebutkan dalam Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim dengan sanad riwayat hasan).
Ibnu Katsir menjelaskan perkataan di atas dengan kaedah ilmu bahasa Arab, “bahwa kesulitan (al-‘usru) menggunakan isim ma’rifah (terlihat didahului alif laam) di dua keadaan. Maka kesulitan pertama dan kedua dianggap satu atau dianggap sama. Sedangkan kemudahan (yusrun) menggunakan isim nakirah (tidak terdapat alif laam), sehingga kemudahan itu berbilang, bukan hanya satu. Oleh karenanya disebut, “Satu kesulitan mustahil mengalahkan dua kemudahan.” Kesulitan pertama yang disebut dalam ayat sama dengan kesulitan kedua, berarti kesulitan itu hanya satu. Sedangkan kemudahan itu berbilang.”
Baca Juga: Baca Doa Ini Saat Terjadi Hujan Lebat dan Petir
Begitulah, ketika kesulitan semakin memuncak, semakin di ujung tanduk, maka setelah itu datanglah kemudahan. Mengapa demikian? Karena di puncak kesulitan itulah, hati sudah begitu begitu pasrah, menyerahkan seluruhnya kepada Allah, tempat bergantung segala urusan. Itulah hakekat tawakkal. Karena sudah menyerahkannya kepada Allah, maka Allah-lah yang akan menyelsaikan segala kesulitannya.
Maka, betullah apa yang dikatakan Ibnu Rajab Al-Hambali yang mengatakan, “Jika kesempitan itu semakin terasa sulit dan semakin berat, maka seorang hamba menjadi putus asa. Demikianlah keadaan hamba ketika tidak bisa keluar dari kesulitan. Ketika itu, ia pun menggantungkan hatinya pada Allah semata. Akhirnya, ia pun bertawakkal pada-Nya. Tawakkal inilah yang menjadi sebab keluar dari kesempitan yang ada. Karena Allah sendiri telah berjanji akan mencukupi orang yang bertawakkal pada-Nya. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya.” (Q.S. Ath–Thalaq : 3).
Imam Asy Syafi’i pernah berkata dalam bait syair, yang artinya:
“Bersabarlah yang baik, maka niscaya kelapangan itu begitu dekat. Barangsiapa yang mendekatkan diri pada Allah untuk lepas dari kesulitan, maka ia pasti akan selamat. Barangsiapa yang begitu yakin dengan Allah, maka ia pasti tidak merasakan penderitaan. Barangsiapa yang selalu berharap pada-Nya, maka Allah pasti akan memberi pertolongan”.
Baca Juga: Ini Doa Terbaik Dari Keluarga untuk Jamaah Yang Pulang Umrah
Dalam syair Arab pun dikatakan, “Sabar itu seperti namanya, pahit rasanya, namun akhirnya lebih manis daripada madu.”
Urusannya sebenarnya terpulang kepada kita sendiri, apakah kita sudah sungguh-sungguh mengatasi kesulitan itu? Apakah kita sudah maksimal berusaha? Apakah berbagai cara sudah ditempuh? Kalau belum, bagaimana mungkin menemukan kemudahan.
Semoga Allah senantiasa memudahkan segala urusan kebaikan kita dan kita meraih kelapangan dari kesempitan yang ada. Aamiin. (P4P2/)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-21] Tentang Istiqamah