Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di New York, Din Syamsuddin Bahas Krisis Lingkungan Hidup

sajadi - Jumat, 13 Desember 2019 - 15:14 WIB

Jumat, 13 Desember 2019 - 15:14 WIB

2 Views

New York, MINA – Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin pada 11-12 Desember 2019 berada di New York, Amerika Serikat untuk ikut serta dalam Multi-Religious Partnership for Peace and Development, yg diselenggarakan oleh Religions for Peace (RfP).

Pertemuan dihadiri sekitar 250 tokoh berbagai agama dan pegiat perdamaian dunia dari berbagai negara. Din Syamsuddin hadir sebagai Anggota International Council RfP dan President-Moderator Asian Conference on Religions for Peace (ACRP).

Pertemuan dua hari tersebut, merupakan kelanjutan World Assembly dari RfP di Lindau, Jerman, Agustus 2019 lalu, yang membahas isu-isu pencegahan dan transformasi konflik, solusi kerusakan lingkungan hidup, pengembangan kolaborasi lintas agama, demikian keterangan pers yang diterima MINA, Jumat (13/12).

Din Syamsuddin tampil pada hari pertama sebagai moderator sesi tentang kerusakan lingkungan hidup dan solusi perubahan iklim.

Baca Juga: Tausiyah Kebangsaan, Prof Miftah Faridh: Al-Qur’an Hadits Kunci Hadapi Segala Fitnah Akhir Zaman

Dalam pengantarnya, Din Syamsuddin menegaskan, bahwa masalah kerusakan lingkungan hidup telah sampai pada tahap krisis yg serius. Hal ini ditandai dengan terjadi perubahan iklim dan pemanasan global yg melanda dunia terakhir ini, serta berbagai bencana alam yg terjadi beruntun di berbagai belahan dunia.

Menurut Din, krisis lingkungan hidup tersebut berdimensi banyak, namun sejatinya bersifat krisis moral. Banyak faktor yang memicu terjadinya krisis lingkungan hidup, dari wawasan dan gaya hidup manusia modern hingga kebijakan negara dan kekerasan pemodal (capital violence), namun yg tidak bisa diingkari adalah pandangan moral manusia terhadap alam yang keliru.

Banyak manusia modern, lanjut Din Syamsuddin yang menjabat sebagai Ketua Pengarah Siaga Bumi (Indonesia Bergerak Selamatkan Bumi), memandang alam lebih sebagai obyek dari pada subyek. Akibatnya, terhadap alam manusia lebih tampil sebagai perusak dari pada pengembang.

Padahal agama, menurut Ketua Dewan Pertimbangan MUI tersebut, mengajarkan bahwa alam yang disebut Al-Quran sebagai “thabi’ah”, mengandung arti subyek bukan obyek (“mathbu’). Maka Islam mengajarkan agar manusia memuliakan alam sebagai ciptaan Tuhan yang juga memiliki jiwa.

Baca Juga: Pembukaan Silaknas ICMI, Prof Arif Satria: Kita Berfokus pada Ketahanan Pangan

Sebagian dari alam dapat dijadikan sebagai bahan pendukung kehidupan, namun secara keseluruhan alam ada ranah padanya umat manusia membangun peradaban. Inilah yg disebut sebagai “Khilafah Peradaban” yg merupakan misi penciptaan manusia, jelas Guru Besar Politik Islam Global UIN Jakarta ini.

Pada konferensi di New York, Din Syamsuddin juga berbagi pengalaman dari Indonesia tentang kolaborasi lintas agama untuk pemuliaan lingkungan hidup, dan pemeliharaan hutan.

Pada 2014 Din Syamsuddin bersama para tokoh lintas agama yg bergabung dalam Inter Religious Council/ IRC Indonesia mengambil prakarsa pembentukan Indonesia Bergerak Selamatkan Bumi (Siaga Bumi), yg merupakan kolaborasi umat berbagai agama untuk pemuliaan lingkungan hidup.

Siaga Bumi sejak tiga tahun terakhir mengupayakan adanya eco-rumah ibadat (baik eco masjid, eco gereja, eco pura, eco vihara, dan eco klenteng). Begitu pula, pada Oktober 2018 Siaga Bumi bersama para LSM LH lainnya mempelopori suatu kolaborasi baru yaitu Kolaborasi Agama-Agama untuk Pelestarian Hutan Tropis (Multi-Faith Collaboration for Rainforest Protection).

Baca Juga: Menteri Yusril Sebut ada Tiga Negara Minta Transfer Napi

Kegiatan ini menarik perhatian dunia utk mendukungnya, seperti dari Lembaga Lingkungan Hidup PBB (UNEP), Green Faiths, Religions for Peace, dan Norwegian Environmental Foundation. Mereka memiliki keprihatinan yg sama akan pentingnya penyelamatan paru-paru dunia yakni Indonesia, Brazilia, Peru, dan Kongo.

Gerakan yg dipimpin Siaga Bumi dan AMAN (Asosiasi Masyarakat Adat Nusantara) ini diharapkan segera menjadi kenyataan. Pengalaman dari Indonesia mendapat sambutan dan penghargaan positif dari para peserta, dan diharapkan dapat menjadi model dari kolaborasi agama-agama dalam penanggulangan masalah-masalah kemanusiaan. (R/Sj/B05)

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: ICMI Punya Ruang Bentuk Kader-kader Indonesia Emas 2045 

Rekomendasi untuk Anda