Dilanda Ketakutan, Israel Ancam Tangkap Anak Balita

Yerusalem, MINA – Israel pada Selasa (30/7) membatalkan pemanggilan Mohammad Rabea Alian, yang masih berusia 4 tahun, setelah mendapat protes dari media dan masyarakat.

Polisi Israel akhirnya hanya menginterogasi ayahnya dan mengancam akan menangkap anaknya yang masih usia bawah lima tahun (balita) itu, jika mengulangi melakukan pelemparan .

“Anak saya, tidak tahu apa-apa soal polisi atau batu. Dia hanya seorang anak laki-laki berusia empat tahun, belum tahu apa yang diinginkan orang di negara ini,” kata Rabia Alian kepada interogator Israel, yang memperingatkannya agar tidak membiarkan anaknya Mohammed bermain di jalan dan ikut serta dalam melempar batu. Polisi Israel juga mengancam akan menangkap anak itu.

“Mohammed bermain di jalan kemarin dengan anak-anak lain, yang semuanya berlari ketika pasukan menyerbu jalan dan berlari bersama mereka,” kata Rabea Alian lagi, seperti dikutip kantor berita Ma’an.

Tentara Israel mencoba menangkapnya. Keluarganya kemudian menyerahkan penyelidikan kepadanya.

Sang ayah menambahkan, pagi itu dirinya berkata kepada anaknya akan mengajaknya pergi berenang. Karena dirinya tidak dapat menjelaskan apa yang terjadi.

Tetapi kemudian ia terkejut ketika banyak tentara disiagakan di depan kantor polisi di Jalan Salah Al-Din. Sang anak juga menangis dan tidak mau lepas darinya.

Sementara itu, pejabat tinggi dan penduduk kota Issawiya menemani Rabea Alian bersama anaknya, hal itu sebagai protes terhadap penargetan anak-anak oleh Israel dan untuk mendukung anak tersebut beserta ayahnya.

Berbagai media juga gencar memberitakan dan mengimbau untuk menghadiri aksi mengantar anak menuju kantor polisi dan menunggu ayahnya di depan kantor polisi Israel karena ditolak untuk masuk.

Pengacara, Mohammed Mahmoud, mengatakan bahwa interogator Israel “mengklaim bahwa Mohammad Rabea Alian, melempar batu kemarin.” Oleh karena itu, ayahnya dipanggil dan kami meminta bukti gambar atau video tentang klaim polisi itu, tetapi interogator menolak.

Polisi beralasan bahwa pemanggilan ayah dan penuntutan anak Mohammad adalah bagian dari serangan terhadap Issawiya, kota yang telah mengalami serangan Israel lebih dari 120 kali dalam beberapa hari terakhir.

Mohammed Abu al-Homs, anggota komite tindak lanjut di Issawiya mengatakan, bahwa polisi Israel menargetkan segala sesuatu yang ada di kota Issawiya dalam kampanye “hukuman kolektif” selama bulan kedua berturut-turut, dan meningkat setelah kematian Mohammed Samir Obaid.

Israel juga melakukan pengenaan berbagai pajak pada pemilik toko, pembatasan kendaraan secara acak, menangkap pemuda dan anak laki-laki yang berada di jalan-jalan kota, di samping pendirian penghalang di pintu masuk kota dan jalan-jalan, yang menyebabkan kesulitan jalur lalu lintas.

Polisi Israel juga penggunaan peluru tajam serta peluru dan granat terhadap warga selama penyerbuan lingkungan kota Isawiya. (T/B05/RI-1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Zaenal Muttaqin

Editor: Rudi Hendrik

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.