DMI: Tahun Hijriyah Perlu Umat Islam Miliki Jiwa Semangat

Jakarta, 2 Muharram 1438/3 Oktober 2016 (MINA) – Ketua Bidang Sarana, Hukum, dan Wakaf Pengurus Pusat Dewan Masjid Indonesia (PP ) Natsir Zubaidi mengatakan, Tahun Baru Hijriyah harus juga dimaknai perlunya Ummat Islam memiliki jiwa semangat mengutamakan Ukhuwah Islamiyah dan solidaritas sosial, loyalitas yang istiqomah kepada Alllah dan Rasululloh.

Pemimpin Ummat serta kesediaan diri untuk Da’wah amar ma’rif nahi mungkar dalam kerangka NKRI setiap pergantian Tahun Baru sebaiknya tidak hanya di rayakan dalam artian rutinitas.

“Tetapi harus dilihat latar belakang historis sebuah peristiwa Hijrah gerakan perpindahan dari Kota Mekkah (kota kelahiran) ke Kota Madinah (sebagai daerah tujuan) dalam rangka mempertahankan aqidah,” kata Natsir kepada Miraj Islamic News Agency (MINA), di  Jakarta, Senin (3/10) pagi.

Natsir menambahkan, ketika kekuatan ummat belum memiliki kekuatan untuk dapat mempertahankan pendirian  dari keimanan. Maka Hijrah merupakan strategi Rasulullah dalam melaksanakan Risalah Da’wah.

Secara historis ada dua hal yang menjadi momentumkan yang tepat Rasulullah untuk melakukan Hijrah Pertama, adanya Bai’at Aqobah kubro pertemuan antara Mukimin di Yathrib (Madinah) dengan orang-orang Mekkah yang menjadi pengikut setia Rasulullah.

Pertemuan itu berlangsung dalam suasana rasa ukhuwah, solidaritas sehidup semati dalam memperjuangan Islam dan Umat.

“Bahkan, Nabi bersabda secara lugas kepada yang hadir pada saat itu, darah kalian adalah darahku, kehancuran kalian adalah kehancuranku juga, Aku adalah bagian dari kalian dan kalian adalah bagian dariku- Aku akan memerangi orang yang kalian perangin melakukan perdamaian dengan orang yang kalian adakan perdamaian dengannya,” ujar Natsir.

Dilain pihak para elit Quraish yang khawatir terhadap pengaruh Rasulullah yang mampu menyampaikan kebenaran ajaran agama Islam mulai merasa gerah. Mereka mengadakan pertemuan pleno di Darun Nadwah dann memutuskan untuk memblokade gerak Nabi dan para pengikut setia bahkan ingin membunuhnya.

Rasulullah SAW meninggalkan rumah beliau malam 27 Shafar. Tahub 14 kenabian (12/13 September 622 ).

Menurutnya, memaknai Hijrah yang dilakukan oleh Rasul dan pengikutnya bukan tanpa perhitungan yang matang. Tetapi dipersiapkan para sahabat Anshar yang siap mengakomodasi di tanah tujuan (Madinah) dan orang Mekkah (sahabat Muhajirin) juga sudah mempersiapkan mental untuk hidup di wilayah yang baru.

Peristiwa Bai’at Aqobah kubro adalah sebuah proses seleksi pengikut Rasulullah untuk dipersiapkan dalam memperjuangkan Risalah Da’wah.

Para pengikut Rasulullah (baik pemukim maupun pendatang) sudah mempersiapkan diri dengan mentalitas ukhuwah, solidaritas, sehidup semati, menginfaqkan hartanya secara ikhlas demi kejayaan Ummat Islam di bawah kepemimpinan Rasulullah. (L/P002/R05)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)