Ramallah, MINA – Dalam siaran pers yang dipublikasikan Ahad (16/9), Tokoh Pembebasan Palestina PLO Dr Saeeb Erekat mengatakan bahwa Pembantaian Sabra dan Shatila merupakan pengingat atas kejahatan barbar Israel.
Erekat mengatakan, pembantaian Sabra-Shatila bukan hanya pengingat kejahatan biadab yang dilakukan terhadap rakyat Palestina. Namun, secara keseluruhan menyoroti kekebalan hukum yang diberikan kepada Israel dan para pejabatnya oleh masyarakat internasional.
“Pembantaian ini adalah tanggung jawab utama Ariel Sharon, yang juga bertanggung jawab atas banyak kejahatan perang lainnya yang dilakukan terhadap rakyat Palestina. Sharon meninggal tanpa diminta pertanggungjawabannya,” kata Erekat pada Palestine News Network edisi Senin (17/9/2018).
Erekat juga menambahkan, Pengadilan Pidana Internasional harus memperhatikan peran 70 tahun kekebalan hukum yang dimiliki Israel.
Baca Juga: Parlemen Inggris Desak Pemerintah Segera Beri Visa Medis untuk Anak-Anak Gaza
Padahal ada penjajahan dan perlakuan Apartheid yang merupakan pelanggaran serius terhadap hukum kemanusiaan internasional dan merupakan kejahatan perang.
“Pasukan Israel terus mengancam keberadaan orang-orang Palestina di tanah sendiri dengan penggusuran, pembongkaran rumah, pengepungan Gaza, pemindahan paksa di Yerusalem Timur yang diduduki, Khan Al-Ahmar di gerbang timur ke Yerusalem, dan tempat lain di Palestina,” lanjutnya.
Pembantaian Sabra dan Shatila adalah pembunuhan hingga 3.500 warga sipil di lingkungan Sabra dan Shatila yang berdekatan dengan kamp pengungsi di Beirut, Lebanon.
Peristiwa terjadi sekitar pukul 18.00 tanggal 16 September hingga pukul 08.00 tanggal 18 September 1982.
Baca Juga: Paus Fransiskus Terima Kunjungan Presiden Palestina di Vatikan
Tentara Israel mengepung Sabra dan Shatila dan menempatkan pasukan di pintu keluar daerah itu untuk mencegah warga kamp meninggalkan tempat itu. (T/RS2/RI-1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Israel Serang Kamp Nuseirat, 33 Warga Gaza Syahid