Oleh:
Prof Madya Dr Abdurrahman Haqqi_
Wakil Pengarah Pusat Penyelidikan Mazhab Syafi’i, UNISSA Brunai Darussalam
“HEH, kalau bukan karena puasa sudah lenyaplah kek ‘black forest’ tu,” kata Mamat.
“Kalau bukan karena puasa, bukan lagi memandangnya, mendekatinya pun aku bisa melakukannya,” kata Doraemon.
Baca Juga: Ini Doa Terbaik Dari Keluarga untuk Jamaah Yang Pulang Umrah
Apa yang menyebabkan kedua-dua orang ini menahan keinginan mereka untuk melakukan sesuatu yang digambarkan itu. Tidak di dalamnya ada sesuatu yang diamnya ‘dugaan’ atau ‘ujian’ dalam erti kata orang yang diuji tidak mau melakukan sesuatu yang sedang diuji ke atasnya. Dugaan itu tidak lain dan bukan puasa.
Istilah yang kita maklumi, puasa yang bahasa arabnya shaum atau shiyam mempunyai arti luas dalam pengertian bahasanya. Ia bererti menahan diri daripada segala sesuatu seperti tidur, berbicara, makan, hawa nafsu dan sebagainya.
Tetapi dalam istilah fikih, pengertiannya lebih khusus yakni menahan diri daripada segala hal yang dapat membatalkan puasa selama satu hari mulai terbit sampai terbenamnya matahari dengan niat dan beberapa syarat.
Puasa dianggap sebagai alat untuk mensucikan jiwa manusia agar dapat menghindari diri daripada perbuatan jahat. Puasa tidak hanya menjauhi diri daripada makan dan minum tetapi juga dari segala perbuatan tidak baik.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-21] Tentang Istiqamah
Dugaan dalam kehidupan manusia sudah menjadi ketetapan Ilahi. Dia berfirman bermaksud: ”(Dia) Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (Surah al-Mulk: 2)
Dugaan atau ujian dalam bahasa Arabnya adalah _ibtila_ atau _imtihan_ atau _ikhtibar_. Dalam kata al-Quran _ibtila_ dan yang hampir sama dengannya disebut 37 kali sedangkan _imtihan_ hanya dua kali, manakala _ikhtibar_ tidak disebut sama sekali.
Dugaan ini bermacam corak dan bentuknya. Ada yang berbentuk kesenangan dan ada juga masalah. Ada yang langsung kepada diri sendiri dan ada pula terhadap harta dan keluarga. Dan semuanya ini sudah menjadi asam garam kehidupan manusia untuk membuktikan ketulenan imannya. Dia akan diangkat darjat serta kedudukan jika bijak menghadapinya. Jika sebaliknya, dia akan terjerumus ke lubang kehinaan yang tiada hentinya.
Allah berfirman maksudnya: “Dan sungguh akan Kami berikan cubaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita kepada orang-orang yang sabar. (laitu) orang-orang yang bila ditimpa musibah, mereka memikirkan ” _Inna lillahi wa inna ilahi raji’un_” (sesunguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali).
Baca Juga: Makna Mubazir dalam Tafsir Al-Isra’ Ayat 27, Mengapa Pelaku Pemborosan Disebut Saudara Setan?
Mereka itulah yang mendapat hubungan yang sempurna dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Surah al-Baqarah: 155)
Pada ‘bulan seribu bulan’ dugaan ini datang bertubi-tubi. Ia semakin terasa karena kedudukan bulan suci ini. Daripada mula’ hidup kembali pada awal hari puasa hingga awal tegukan air pada hari akhir berpuasa yang boleh jadi 29 atau 30 hari itu, orang yang berpuasa selalu mengawal dirinya agar tidak melakukan sesuatu yang tidak sesuai untuknya sebagai orang muslim.
Dugaan mata, telinga, mulut, perut dan seluruh anggota badan selalu menyerangnya. Dugaan itu berseru: ”Hai mata, lihat itu (tentunya yang haram )! Hai telinga, dengar ini (tentunya yang haram)! Hai mulut, cakap itu (tentunya yang haram)! Hai perut, makan dan minum ini kalau tidak kamu lapar! (dugaan ini, yang harus pun, boleh merosak puasa seseorang).
Rasulullah SAW pernah melewatkan mafhumnya: “Seandainya seseorang di antara kamu sedang bersiap, janganlah dia berkata-kata kotor, berteriak dan melakukan sesuatu yang bodoh. Jika seseorang mencelanya atau mengajaknya bergaduh, eloklah dia mengatakan ‘aku sedang berpuasa.’ (Hadis riwayat Ahmad, Muslim dan al-Nasai)
Baca Juga: [Hadits Arbain Ke-20] Malu Bagian dari Iman
Ya Allah berikan kepada kami kekuatan untuk menerima tuduhan dan menghadapinya dengan keahlian penuh pada ‘bulan seribu bulan’ agar kami menjadi hamba-Mu yang berjaya di dunia dan di akhirat. Amin! (A/Haq/RS2)
08 Ramadhan 1444H/30 Maret 2023M.
Kantor Berita Mi’raj (MINA)
Baca Juga: Malu Kepada Allah