Cileungsi, Kab. Bogor, MINA – Duta Al-Quds Internasional, Ustadz Ali Farkhan Tsani mengatakan, umat Islam harus tetap fokus pada arah perjuangan pembebasan Masjidil Aqsa dan kemerdekaan Palestina.
“Peta politik dunia saat ini terjadi, tidak lepas dari kepentingan masing-masing negara, saling mencari pengaruh kawasan,” ujar Ustaz Afta, biasa disapa, dalam tausiyah i’tikaf di Masjid At-Taqwa, Kompleks Ponpes Al-Fatah Cileungsi, Bogor, Kamis (27/4).
Menurut Ustaz Afta, yang juga Redaktur Senior MINA, Amerika Serikat selama ini merasa paling super, menjadi polisi dunia. Sehingga langkah Rusia menyerang Ukraina, apapun motifnya, dipandang dapat menjadi penyeimbang kekuatan dunia.
“Beredar info di media sosial, Putin hendak memperingatkan Israel akan menyerangnya jika masih meneruskan serangannya ke Masjidil Aqsa. Info sepenting ini tidak ada di statemen kemenlu Rusia maupun di Kantor Berita TASS itu sendiri. Jadi, infonya masih dipertanyakan. Kalaupun misalnya benar, maka itupun dalam rangka mencari simpati negara-negara Arab untuk mendukung Rusia,” imbuhnya.
Baca Juga: Workshop Kemandirian untuk Penyandang Disabilitas Dorong Ciptakan Peluang Usaha Mandiri
Ia juga mengatakan, yang dilakukan negara-negara di dunia adalah langkah-langkah politik saja. Istilahnya tidak ada makan siang yang gratis. Sedangkan kewajiban membebaskan Al-Aqsa secara aqidah adalah tanggung jawab umat Islam.
“Perang Rusia-Ukraina bagaimanapun memang berdampak pada bagian dunia lainnya. Seperti menaiknya harga gandum, bahan dasar makanan utama negeri-negeri Arab seperti Yaman, Mesir, dan Tunisa. Karena selama ini sebagian besar, sekitar 40% gandum mereka impor dari Ukraina,” katanya.
Lebih jauh ia katakan, sementara macetnya dialog empat bagian yang selama ini dijalankan PBB, Palestina, Israel dan AS. Karena tidak berimbang, PBB, Israel dan AS sejalan. Maka upaya Rusia menggantikan AS dalam dialog, disambut positif oleh Palestina, sebagai penyeimbang kekuatan politik.
Negara-negara di kawasan Eropa sendiri, tampaknya enggan ikut dalam aksi militer bersama NATO, walaupun mereka anggota NATO. Karena secara ekonomi harus berhitung dulu. Migas Eropa sangat bergantung selama ini kepada Rusia, hamper mencapai 40%.
Baca Juga: Update Bencana Sukabumi: Pemerintah Siapkan Pos Pengungsian
“Sebagai umat Islam yang kritis kita hendaknya tidak ikutan terjebak dalam mendukung dengan salah satu pihak, apakah Rusia atau Ukraina. Sebab mereka semua langkahnya politik, kepentingan masing-masing,” katanya.
Begitulah proyek Zionis Internasional, imbuhnya, bagaimana memecah belah bukan hanya negeri-negeri Islam, tapi juga dunia melalui skenario perang kawasan. Sebagai mereka mengambil aksi untung dengan terjualnya senjata-senjata dan tetap dapat mengontrol dunia, seperti yang mereka rancang dalam Protokol Zionis.
“Apapun situasinya yang terjadi, kita hendaknya tetap fokus pada arah perjuangan pembebasan Al-Aqsa dan kemerdekaan Palestina. Tidak bisa mengandalkan sepenuhnya dari PBB atau negara-negara pihak terkait. Namun justru melalui kekuatan jalur kedua, atau apa yang disebut dengan “Second Track Diplomacy”. Jalur Non-Government. Di sinilah peran Lembaga Kepalestinaan Aqsa working group (AWG) dan media Kantor Berita MINA, serta LSM-LSM peduli Palestina lainnya sangat menentukan,” ujarnya.
“Kata kuncinya semua kekuatan dan potensi umat tersebut, perlu dikelola dengan berjamaah, bersatu,” lanjutnya, mengutip surah Ali Imran ayat 103. (R/R4/RS2)
Baca Juga: PSSI Anggarkan Rp665 M untuk Program 2025
Mi’raj News Agency (MINA)