Kuwait, 2 Shafar 1436/25 November 2014 (MINA) – Keuangan Islam (syariah) telah menjadi rujukan utama selama satu dekade terakhir dan mencapai pertumbuhan sembilan kali lipat.
“Meskipun diatur oleh prinsip-prinsip agama yang ketat, keuangan Islam tetap sangat fleksibel dan berisiko kecil,” kata ekonom Kuwait, Hajjaj Bukhdur, seperti dilaporkan on islam dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
“Lembaga keuangan syariah telah banyak membantu memenuhi berbagai bentuk permintaan,” tambahnya.
Lembaga keuangan Islam tumbuh sembilan kali lipat ($ 1,8 triliun dolar sejak tahun 2003 sampai saat ini.
Baca Juga: Hadiri Indonesia-Brazil Business Forum, Prabowo Bahas Kerjasama Ekonomi
Sementara itu, Industri yang menggunakan jasa keuangan syariah berkembang pesat telah dua kali lipat selama empat tahun terakhir dan sekarang bernilai lebih dari $ 2 triliun dolar dan diperkirakan permintaan akan semakin pesat.
Bagi banyak Muslim, aspek agama adalah alasan utama yang mendorong mereka untuk menggunakan keuangan syariah.
Menurut para ahli, seiring dengan kesesuaian agama, industri keuangan Islam telah berkembang karena fleksibilitas, terhubung dengan kegiatan ekonomi yang riil dan larangan transaksi yang berdasar pada spekulasi atau ketidakpastian.
Untuk memenuhi permintaan yang semakin meningkat, lembaga keuangan syariah telah mengembangkan berbagai produk yang sesuai dengan hukum syariah, dari pinjaman untuk mobil dan rumah, pendanaan untuk proyek-proyek infrastruktur besar.
Baca Juga: Rupiah Berpotensi Melemah Efek Konflik di Timur Tengah
Islam melarang Muslim dari riba, menerima atau membayar bunga pinjaman. Bank syariah dan lembaga keuangan tidak dapat menerima atau menyediakan dana untuk apa pun yang melibatkan alkohol, perjudian, pornografi, tembakau, senjata atau babi. (T/P005/R03)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Komite Perlindungan Jurnalis Kutuk Israel atas Tebunuhnya Tiga Wartawan di Lebanon