Erdogan: Turki Tidak Bisa Berdiri Sendiri Tangani Gelombang Pengungsi Suriah

Istanbul, MINA – Turki, yang telah menjadih tuan rumah bagi populasi pengungsi terbesar di dunia, sedang mengalami titik kritis. Presiden Recep Tayyip Erdogan memperingatkan, negaranya tidak akan mampu lagi mengatasi tambahan gelombang arus masuk pengungsi yang melarikan diri dari konflik di Suriah.

“Dalam hal gelombang pengungsi baru, kita tidak bisa menahan ini sendirian,” kata Erdogan dalam pidatonya kepada para pemimpin pemerintah dari Eropa dan kawasan lain yang tiba di Istanbul untuk membahas masalah pengungsi yang berkembang pada Rabu (20/2).

Melansir Bloomberg, Erdogan mendorong untuk upaya lebih besar dalam debat global tentang migrasi ketika negara-negara dari Amerika Serikat hingga Australia ‘membatasi diri’ untuk mengambil pengungsi.

Turki memainkan peran penting dalam membendung gelombang migran dari Suriah empat tahun lalu di puncak krisis pengungsi terbesar di Eropa sejak Perang Dunia II. Lebih dari 3,6 juta warga Suriah telah menetap di Turki sejak perang dimulai pada 2011, dan ratusan ribu warga Irak dan Afghanistan mengikuti jejak mereka.

Tetapi dengan perang di Suriah mendekati akhir, Turki menghadapi prospek lebih banyak orang yang melarikan diri melintasi perbatasan jika kesepakatan runtuh untuk mencegah serangan oleh pasukan Presiden Bashar al-Assad dan serangan udara Rusia terhadap pemberontak di kubu terakhir Idlib.

“Menjaga para pengungsi di dalam perbatasan kita tidak dapat dilihat sebagai satu-satunya solusi untuk masalah yang berasal dari Suriah,” kata Erdogan, merujuk pada perjanjian Turki dengan Uni Eropa untuk mencegah para pengungsi mencapai Eropa dengan imbalan bantuan keuangan.

Uni Eropa juga telah menandatangani kesepakatan pada Maret 2016 yang memungkinkannya mengirim kembali pencari suaka dan migran ke Turki.

Erdogan mengatakan Turki telah menghabiskan 35 miliar dolar AS (Rp491 triliun) untuk kebutuhan perumahan, perawatan kesehatan, makanan, dan pendidikan untuk para pendatang. Kemerosotan ekonomi di Turki juga memicu kemarahan terhadap kebijakan pemerintah menjelang pemilihan lokal pada Maret.

Turki sekarang mengerahkan pasukannya di perbatasan dan dengan keras menyerukan pembentukan zona aman di Suriah sebagai tempat untuk membangun kota-kota baru untuk menampung para pengungsi. AS dan Rusia memiliki keberatan serius terhadap rencana Erdogan tersebut.

“Formula zona aman adalah cara paling praktis untuk memastikan kembalinya pengungsi Suriah,” tegas Erdogan. (T/R11/RI-1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Syauqi S

Editor: Rudi Hendrik

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.