Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Etika Bicara

Bahron Ansori - Ahad, 18 Oktober 2015 - 09:50 WIB

Ahad, 18 Oktober 2015 - 09:50 WIB

841 Views

<a href=ETIKA BICARA" width="300" height="209" />Oleh Bahron Ansori, jurnalis Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Beginilah Islam. Dalam setiap celah kehidupan semua diatur oleh Islam. Bahkan, Islam pun mengatur cara setiap pemeluknya berbicara kepada setiap orang. Bagaimana cara Islam mengatur seseorang dalam berbicara, berikut akan diuraikan etika berbicara dalam Islam bagi seorang Muslim. Ada beberapa etika yang wajib diperhatikan seorang Muslim dalam berbicara antara lain sebagai berikut.

Pertama, seorang Muslim hendaknya selalu melakukan pembicaran di dalam kebaikan. Allah Subhaanahu Wa Ta’ala berfirman, yang artinya, “Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisik-bisikan mereka, kecuali bisik-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah atau berbuat ma`ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia.” (Qs. An-Nisa: 114).

Kedua, hendaknya seorang Muslim melakukan pembicaran dengan suara yang dapat didengar, tidak terlalu keras dan tidak pula terlalu rendah, ungkapannya jelas dapat difahami oleh semua orang, dan tidak dibuat-buat atau dipaksa-paksakan sehingga membingungkan orang yang mendengarkan.

Baca Juga: Ini Doa Terbaik Dari Keluarga untuk Jamaah Yang Pulang Umrah

Ketiga, jangan membicarakan sesuatu yang tidak berguna bagi dirinya. Hadis Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam menyatakan, “Termasuk kebaikan Islamnya seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang tidak berguna.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah). Ini artinya, orang yang senangnya bicara ngalor ngidul (istilah Jawa) tidak jelas arahnya termasuk dalam kategori pembicaraan yang tidak berguna baik bagi dirinya maupun orang yang mendengarnya.

Keempat, jangan membicarakan semua apa yang didengar. Abu Hurairah Radhiallaahu ‘anhu mendengar Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam di dalam hadisnya telah bersabda, “Cukuplah menjadi suatu dosa bagi seseorang yaitu apabila ia membicarakan semua apa yang telah ia dengar.” (HR. Muslim)

Kelima, menghindari perdebatan dan saling membantah, sekali pun kamu berada di fihak yang benar dan menjauhi perkataan dusta sekalipun bercanda. Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Aku adalah penjamin sebuah istana di taman surga bagi siapa saja yang menghindari bertikaian (perdebatan) sekali pun ia benar; dan (penjamin) istana di tengah-tengah surga bagi siapa saja yang meninggalkan dusta sekali pun bercanda.” (HR. Abu Daud dan dinilai hasan oleh Al-Albani).

Keenam, tenang dalam berbicara dan tidak tergesa-gesa. Aisyah Radhiallaahu ‘anha. telah menuturkan, “Sesungguhnya Nabi Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam apabila membicarakan suatu pembicaraan, sekiranya ada orang yang menghitungnya, niscaya ia dapat menghitungnya.” (Mutta-faq’alaih).

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-21] Tentang Istiqamah

Ketujuh, menghindari sikap memaksakan diri dan banyak bicara di dalam berbicara. Di dalam hadis Jabir Radhiallaahu ‘anhu disebutkan, “Dan sesungguhnya manusia yang paling aku benci dan yang paling jauh dariku di hari Kiamat kelak adalah orang yang banyak bicara, orang yang berpura-pura fasih dan orang-orang yang mutafaihiqun.” Para shahabat bertanya, “Wahai Rasulllah, apa arti mutafaihiqun?” Nabi menjawab, “Orang-orang yang sombong.” (HR. At-Turmudzi, dinilai hasan oleh Al-Albani).

Kedelapan, menghindari perbuatan menggunjing (ghibah) dan mengadu domba. Allah Subhaanahu Wa Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain.” (Qs. Al-Hujurat: 12).

Kesembilan, mendengarkan pembicaraan orang lain dengan baik dan tidak memotongnya, juga tidak menampakkan bahwa kita mengetahui apa yang dibicarakannya, tidak menganggap rendah pendapatnya atau mendustakannya.

Kesembilan, jangan memonopoli dalam berbicara, tetapi berikanlah kesempatan kepada orang lain untuk berbicara. Ini penting diperhatikan karena jika pembicaraan dimonopoli oleh satu orang, maka itu akan melahirkan kebencian bagi lawan bicaranya. Maka bersikap bijaklah untuk menjadi pendengar yang baik. Karena, bukan hanya Anda yang ingin didengar tapi juga lawan bicara Anda menginginkan hal yang sama: didengar.

Baca Juga: Hijrah Hati dan Diri: Panduan Syariah untuk Transformasi Spiritual dan Pribadi

Kesepuluh, menghindari perkataan kasar, keras dan ucapan yang menyakitkan perasaan dan tidak mencari-cari kesalahan pembicaraan orang lain dan kekeliruannya, karena hal tersebut dapat mengundang kebencian, permusuhan dan pertentangan.

Kesebelas, menghindari sikap mengejek, memperolok-olok dan memandang rendah orang yang berbicara. Allah Subhaanahu Wa Ta’ala berfirman yang artinya, “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokan), dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokan) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokan).” (Qs. Al-Hujurat: 11).

Sebagai seorang Muslim yang baik agamanya, lurus akidahnya dan mulia akhlaknya, semestinya dalam berbicara kita harus memakai etika berbicara kepada siapa kita berbicara. Tentu tidaklah sama berbicara kepada anak kecil dengan orang tua, atau bicara dengan seorang remaja, atau dengan seorang guru.

Allah Ta’ala dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengajarkan kepada setiap hamba dan umatnya agar berhati-hati dalam berbicara agar tidak mengundang kebencian dari Allah Ta’ala.

Baca Juga: Aksi Peduli Palestina: Cara Efektif dan Nyata Membantu Sesama yang Membutuhkan

Bicaralah yang baik, lemah lembut dan jangan mendominasi pembicaraan. Berikan orang lain kesempatan untuk bicara, sebab dia adalah partner Anda dalam bicara. Jika ada orang yang jika sudah bicara maunya menang sendiri, itu artinya dia belum mengerti hakikat bagaimana memaknai api Islam itu sendiri. Wallahua’lam. (R02/P2)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: Enam Cara Mudah Bantu Palestina

Rekomendasi untuk Anda

Kolom
Desa Karanganyar, Kabupaten Demak, Jawa Tengah terendam banjir pada Februari 2024. (Istimewa)
Indonesia
Indonesia
Internasional
Khutbah Jumat