Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Fadli Zon: PKI Tak Layak Hidup di Indonesia

Rendi Setiawan - Jumat, 3 Juni 2016 - 14:34 WIB

Jumat, 3 Juni 2016 - 14:34 WIB

617 Views

Jakarta, 26 Sya’ban 1437/3 Juni 2016 (MINA) – Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon mengatakan bahwa Partai Komunis Indonesia (PKI) dan aliran komunisme tak layak hidup di Indonesia, untuk itu masyarakat Indonesia perlu mewaspadai kemunculan faham komunisme.

“Komunisme di Indonesia tidak bisa diberikan tempat karena telah berkali-kali melakukan pemberontakan, Ingin mengganti Pancasila dan pemberontakan,” katanya saat Simposium Nasional bertema “Mengamankan Pancasila dari Ancaman Kebangkitan Partai Komunis dan Ideologi Lain” di Jakarta, Kamis (2/6).

Ia mengungkap sejarah singkat perjalanan PKI di Indonesia. Pada 1927, partai berlambang palu dan arit itu tidak sedang melakukan perjuangan kelas sebagaimana ciri komunisme. Sebaliknya, mereka justru memperjuangan politik ras.

“Kalau teori komunisme itu perjuangan dan pertentangan kelas. Di Indonesia, ada sistem kolonial, yang kita hadapi pada masa Hindia-Belanda bukan class struggle, tapi race struggle. Karena strukturnya waktu itu, kolonial, Tionghoa, Timur jauh, lalu Bumiputera,” ujar Fadli.

Baca Juga: Menag RI dan Dubes Sudan Bahas Kerja Sama Pendidikan

Fadli mengatakan bahwa pada proses kemerdekaan, PKI tidak berperan sama sekali. Sebaliknya, PKI justru menganggap proklamasi 1945 sebagai momen revolusi yang gagal. “Pada proklamasi, tidak ada peran PKI. Karena itu mereka selalu kritik sebagai revolusi gagal,” tegasnya.

Selanjutnya, Fadli mengutarakan bahwa PKI sempat dua kali melakukan pemberontakan, tercatat pada peristiwa 1948 yang dipimpin Muso, PKI melakukan pemberontakan saat agresi militer Belanda ke-II terjadi.

“Muso datang dari Soviet, Muso bikin pernyataan jalan baru bagi Indonesia, mengecam Soekarno-Hatta. Saat agresi militer II ada pemberontakan tahun ’48, jelas mereka pengkhianat bangsa. PKI nusuk dari belakang saat ingin perang lawan Belanda. Banyak orang lupa dikira mereka (PKI) ada peran dalam proklamasi dan berjuang melawan Belanda, nyatanya mereka mengkhianati bangsa tahun ’48,” jelasnya.

Kemudian, lanjut Fadli, pemberontakan kedua terjadi pada tahun 1965. Menurutnya, PKI berupaya menguasai pemerintahan dengan mencoba-coba meyakinkan Presiden Soekarno.

Baca Juga: Mendikti Sampaikan Tiga Arah Kebijakan Pendidikan Tinggi Indonesia

“Ini pola yang terus berulang, mereka mencoba menghapus sejarah. Peristiwa ’65 itu pemberontakan, banyak yang bilang itu bukan pemberontakan. Di dalam rukun komunisme, ada revolusi. Jadi komunisme harus berontak dan melakukan upaya revolusi dengan membuat dewan revolusi. Saya melihat jelas PKI mau ambil alih kekuasaan dengan cara-cara yang tidak benar,” paparnya.

“Kalau bicara kekejaman komunis sudah banyak buktinya,” imbuhnya.

Fadli menegaskan, kini negara dan masyarakat Indonesia diminta waspada atas kemunculan faham komunisme. Negara harus waspada faham komunisme yang dapat meresahkan masyarakat. (T/P011/R05)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: Kedutaan Besar Sudan Sediakan Pengajar Bahasa Arab untuk Pondok Pesantren

Rekomendasi untuk Anda

Internasional
Sosok
Indonesia
Kolom
Kolom